Selasa, 29 Juni 2010

Hikmah di balik Bersin dan Menguap

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:

عن أبي هريرة رضي الله تعالى عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (( إن الله يحب العطاس ويكره التثاؤب، فإذا عطس فحمد الله فحق على كل مسلم سمعه أن يشمته، وأما التثاؤب فإنما هو من الشيطان فليرده ما استطاع، فإذا قال: ها، ضحك منه الشيطان )) صحيح البخاري في الأدب 6223


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ta’alaa anhu, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, “Sungguh Allah mencintai orang yang bersin dan membenci orang yang menguap, maka jika kalian bersin maka pujilah Allah, maka setiap orang yang mendengar pujian itu untuk menjawabnya; adapun menguap, maka itu dari syaitan, maka lawanlah itu sekuat tenagamu. Dan apabil seseorang menguap dan terdengar bunyi: Aaaa, maka syaitan pun tertawa karenanya”. Shahih Bukhari, 6223.

Imam Ibn Hajar berkata, “Imam Al-Khathabi mengatakan bahwa makna cinta dan benci pada hadits di atas dikembalikan kepada sebab yang termaktub dalam hadits itu. Yaitu bahwa bersin terjadi karena badan yang kering dan pori-pori kulit terbuka, dan tidak tercapainya rasa kenyang. Ini berbeda dengan orang yang menguap. Menguap terjadi karena badan yang kekenyangan, dan badan terasa berat untuk beraktivitas, hal ini karena banyaknya makan . Bersin bisa menggerakkan orang untuk bisa beribadah, sedangkan menguap menjadikan orang itu malas (Fath-hul Baari: 10/6077)

Nabi menjelaskan bagaimana seseorang yang mendengar orang yang bersin dan memuji Allah agar membalas pujian tersebut.
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:

(( إذا عطس أحدكم فليقل الحمد لله، وليقل له أخوه أو صاحبه: يرحمك الله، فإذا قال له يرحمك الله فليقل: يهديكم الله ويصلح بالكم )) صحيح البخاري في الأدب: 6224

Apabila salah seorang diantara kalian bersin, maka ucapkanlah Al-Hamdulillah, dan hendaklah orang yang mendengarnya menjawab dengan Yarhamukallahu, dan bila dijawab demikian, maka balaslah dengan ucapan Yahdiikumullaahu wa Yushlihu baalakum (HR. Bukhari, 6224)

Dan para dokter di zaman sekarang mengatakan, “Menguap adalah gejala yang menunjukkan bahwa otak dan tubuh orang tersebut membutuhkan oksigen dan nutrisi; dan karena organ pernafasan kurang dalam menyuplai oksigen kepada otak dan tubuh. Dan hal ini terjadi ketika kita sedang kantuk atau pusing, lesu, dan orang yang sedang menghadapi kematian. Dan menguap adalah aktivitas menghirup udara dalam-dalam melalui mulut, dan bukan mulut dengan cara biasa menarik nafas dalam-dalam !!! Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menyaring udara seperti hidung. Maka, apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka ketika menguap, maka masuk juga berbagai jenis mikroba dan debu, atau kutu bersamaan dengan masuknya udara ke dalam tubuh. Oleh karena itu, datang petunjuk nabawi yang mulia agar kita melawan “menguap” ini sekuat kemampuan kita, atau pun menutup mulut saat menguap dengan tangan kanan atau pun dengan punggung tangan kiri.

Bersin adalah lawan dari menguap yaitu keluarnya udara dengan keras, kuat disertai hentakan melalui dua lubang: hidung dan mulut. Maka akan terkuras dari badan bersamaan dengan bersin ini sejumlah hal seperti debu, haba’ (sesuatu yang sangat kecil, di udara, yang hanya terlihat ketika ada sinar matahari), atau kutu, atau mikroba yang terkadang masuk ke dalam organ pernafasan. Oleh karena itu, secara tabiat, bersin datang dari Yang Maha Rahman (Pengasih), sebab padanya terdapat manfaat yang besar bagi tubuh. Dan menguap datang dari syaithan sebab ia mendatangkan bahaya bagi tubuh. Dan atas setiap orang hendaklah memuji Allah Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi ketika dia bersin, dan agar meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk ketika sedang menguap (Lihat Al-Haqa’iq Al-Thabiyah fii Al-Islam: hal 155)

Bahaya Menahan Bersin
Tahukah Anda, kecepatan bersin manusia bisa mencapai 160 km/jam? Artinya, bila Anda menahan bersin, maka tubuh harus mengatasi perubahan akibat tekanan kuat yang masuk kembali ke dalam saluran pernapasan. Tekanan tersebut bisa menyebabkan kerusakan pada gendang telinga.

Karena itu, menurut John Pan, MD, kepala Pusat Pengobatan Integratif di George Washington University Medical Center seperti vivanews kutip dari Womansday, bersin yang ditahan akan memaksa bakteri kembali masuk ke dalam rongga hidung dan kanal telinga, sehingga bisa menimbulkan infeksi.

Jika infeksi makin parah, kondisi ini bisa menyebabkan pecahnya gendang telinga yang berujung pada kehilangan pendengaran. Yang perlu Anda tahu, saluran hidung dan mulut yang menjadi sarana keluaran bersin berhubungan juga dengan telinga.

Bersin sebetulnya berguna menjaga agar hidung tetap bersih (cleansing effect). Udara yang mengembus kuat dengan tekanan tinggi dari paru-paru mendorong keluar melalui hidung dan mulut. Refleks bersin itu bisa terjadi berulang-ulang, sehingga diharapkan pembersihan bisa maksimal.

Agar tidak mengganggu kesehatan Anda maupun orang-orang di sekeliling, daripada bersin ditahan, lebih baik tutuplah hidung dengan tisu atau saputangan ketika Anda bersin.

Fenomena Penyakit Lupa dan Pencegahannya


Biasanya, penyakit lupa atau pikun itu dimiliki oleh kaum manula. Mitos itu memang ada benarnya. Namun, ternyata pikun bukan hanya monopoli kaum manula saja, pada kalangan anak muda sampai remaja pun, kini, dihinggapi penyakit yang sama.

Penyakit lupa atau demensia merupakan penyakit degeneratif akibat kematian sel-sel otak dan umumnya menyebabkan kemunduran fungsi intelektual atau kognitif, yang meliputi kemunduran daya mengingat dan proses berpikir.


Penyebabnya secara pasti masih belum ditemukan hingga kini, namun para ahli menyebutkan beberapa faktor yang bisa menjadi pemicu terjadinya kepikunan seperti sering minum alkohol dan menggunakan narkoba, masalah keturunan, pernah mengalami benturan di kepala dan stroke.

Demensia merupakan penyakit degeneratif otak progresif yang disebabkan timbulnya neurotangles. Yaitu, suatu bentuk plak-plak yang tinggal di saraf otak. Neurotangles ini menyebabkan sel-sel otak cepat rusak dan mati. Sehingga, muncul gangguan pada fungsi memori dan timbul kepikunan.

Otak penderita demensia mengalami kerusakan akibat adanya beberapa sel saraf yang mati di sejumlah bagian penting. Otak akan mengkerut sehingga terjadi gap atau kerenggangan dalam daerah cuoing temporal dan hippocampus. Kedua bagian ini sangat berperan dalam menyimpan memori dan mengolah informasi baru. Dari sini akan muncul pengaruhnya pada kemampuan seseorang untuk mengingat, berbicara juga mengambil keputusan.

Sementara, produksi beberapa zat kimia penting dalam otak seperti acetylcholine juga ikut terpengaruh. Masih belum diketahi apa penyebab matinya sel saraf dalam otak. Namun ada sejumlah karakteristik yang muncul pada otak setelah sel-sel itu mati, yaitu terjadinya kerumitan dalam kepingan protein yang bisa terlihat melalui mikroskop.

Dampak dari kerusakan sel-sel saraf itu menyebabkan orang akan kehilangan sebagian memori. Ditandai dengan kelupaan menaruh benda, melupakan janji dengan teman atau bahkan lupa nama seseorang. Yang parah, gejala macam ini sudah kerap dialami oleh mereka yang berusia muda. Tahap yang lebih parah dari ini adalah ketika kita lupa menemukan suatu kata yang tepat untuk mengartikan ucapan seseorang. Bisa juga kita lupa mencari kata untuk mendefinisikan sesuatu. Semua kepikunan ini akan berpengaruh pada kepribadian dan perubahan mood.

Dalam kaidah herbalis, kepikunan bisa disebabkan karena terjadinya ketidakseimbangan sistem tubuh. Tubuh yang tidak harmonis ini akan memiliki gelombang atau Medan Electro Magnet (MEM) yang tidak stabil pula. Ketidakstabilan MEM akan mempengaruhi mekanisme sistem hormon, sistem saraf dan sistem daya tahan tubuh menjadi terganggu.

MEM yang terganggu menyebabkan meningkatnya hormon kortisol. Hormon ini menyebabkan terjadinya penuaan dini (premature aging) dengan gejala-gejala melemahnya beberapa organ penting seperti pendengaran, penglihatan, daya ingat dan sebagainya.

Untuk mengatasi penyakit lupa dan menstabilkan MEM memang tidak mudah, namun ada beberapa cara yang insya Allah dapat membantu dan mengurangi kepikunan tersebut dengan melakukan:

1. Kurangi Makanan yang Berlemak:
Diet dengan membatasi total kalori serta konsumsi lemak sebesar 15 – 20% dapat membantu mencegah kepikunan. Efek negatif konsumsi lemak tinggi adalah menyebabkan terciptanya plak aterosklerosis, berkembangnya penyakit-penyakit kardiovaskuler, arteri koronari, dan cerebrovaskuler sehingga menghambat asupan oksigen ke otak melalui pembuluh arteri.

Banyak mengkonsumsi ikan yang kaya asam lemak omega 3 dokosaheksaenoat (DHA), seperti ikan tuna dan salmon, dapat mengurangi penurunan kinerja kognitif pada orang-orang tua. Di otak, DHA berperan dalam mengatur fluiditas dan permeabilitas membran sel, menjaga aktivitas enzim-enzim yang terikat membran dan kinerja neurotransmiter (dopamin dan serotonin). Neurotransmiter ini bekerja sebagai penghubung antara otak ke seluruh jaringan saraf dan pengendali seluruh fungsi tubuh. Serta mengkonsumi beberapa vitamin yang bisa menjaga kesehatan otak seperti vitamin B kompleks, vitamin C dan E, fosfatidilserin, ubiquinon, asetil – L – karnitin dan ginkgo biloba.

2. Perpanjang Sujud dan Puasa:
Dalam keadaan MEM yang tidak stabil, perubahan kedudukan akan turut membantu memulihkan kesehatan. Dalam keadaan sujud, di mana posisi jantung lebih tinggi dari kepala membuat aliran darah mudah menuju ke kepala. Darah yang berisi oksigen itu memang sangat dibutuhkan oleh otak guna mengoptimalkan fungsinya. Karena itu, memperpanjang sujud, khususnya pada salat tahajud, akan memberikan kesempatan kepada otak memenuhi kebutuhan oksigen secara maksimal. Selain itu, sujud dalam kedaan semua anggota tubuh beristirahat sangat membantu memperbaiki kestabilam MEM.

Sedangkan puasa berfungsi menekan otak untuk melakukan pengimbangan MEM. Hal ini dapat dilihat ketika seseorang berpuasa, otak akan banyak mengeluarkan omega 3 yang sangat dibutuhkan oleh sel-sel saraf. Di samping itu, puasa dapat menurunkan kadar kortisol dan memperbaiki mekanisme pelepasan kortisol. Kortisol dalam aksinya akan mencegah/menahan penggunaan glukosa oleh hipokampus, menghambat transisi sinapsis dan menyebabkan neuron/sel saraf luka (injury) serta kematian sel.

Puasa juga dapat menurunkan level lipid peroksidase, yaitu suatu enzim yang dapat menghasilkan radikal-radikal bebas dan meningkatkan level dehidroepiandrosteron, yaitu suatu hormon yang penting untuk optimalisasi fungsi otak. Tidak mengherankan jika Rasullulah berkata bahwa puasa itu menyehatkan.

3. Olahraga.
Para ahli berpendapat bahwa olahraga yang teratur ternyata dapat memperbaiki aspek-aspek fungsi kognitif sebesar 20 – 30%. Oleh karena itu, olahraga sangat disarankan karena dapat menahan laju kepikunan. Dalam suatu studi, orang tua yang berusia 40 – 60 tahun dan mau melakukan olahraga secara teratur memiliki resiko kepikunan yang lebih rendah dibanding mereka yang tak berolahraga. Olahraga diketahui meningkatkan aliran darah otak dan produksi faktor-faktor pertumbuhan untuk syaraf.

4. Latihan otak.

Yang dimaksud dengan latihan otak adalah memberikan stimulasi kognitif, seperti berdiskusi tentang topik aktual, mengisi teka-teki, main catur, mendengarkan musik nostalgia dan berkesenian, dapat membantu mempertahankan kemampuan kognitif. Latihan tersebut mendorong berkembangnya dendrit dan meningkatnya plastisitas sistem syarat pusat.

Senin, 28 Juni 2010

Misteri Ngelindur

Pernah melihat orang tidur sambil berjalan? Biasanya orang tersebut tidak sadar bahwa selama tidur dirinya melakukan suatu aktivitas. Mengapa seseorang bisa tidak sadar bahwa dirinya tidur sambil berjalan? Tidur sambil berjalan juga dikenal dengan istilah somnambulism, yang diklasifikasikan sebagai parasomnia, yaitu kebiasaan selama tidur yang tidak normal dan sangat mengganggu. Biasanya parasomnia diikuti dengan mengeluarkan banyak keringat saat tidur dan mengkertakan gigi.
"Parasomnia adalah kesalahan dalam hal waktu dan keseimbangan di dalam otak pada saat transisi antara bangun dan tidur," ujar Drs. Hobson and Silvestri, seperti dikutip dari Howstuffworks, Minggu (23/8/2009).

Beberapa orang berpikir bahwa orang yang tidur sambil berjalan merupakan akibat dari mimpinya dan berada di bawah alam sadarnya. Kegiatan ini bisa terjadi beberapa detik hingga sampai setengah jam. Biasanya orang tersebut memiliki tatapan mata yang kosong dan tidak ada ekspresi di wajahnya. Orang yang tidur sambil berjalan bisa melakukan kegiatan apa saja, seperti berjalan disekitar ruangan, memainkan alat musik bahkan bisa sambil mengendarai mobil.

Hal ini biasanya lebih banyak terjadi pada anak-anak, sementara untuk orang dewasa jumlahnya lebih sedikit. Dalam keluarga biasanya lebih sering terjadipada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Ada beberapa orang yang menghubungkan tidur sambil berjalan dengan penyakit epilepsi, histeris, atau suatu kelainan.

Tidur sambil berjalan terjadi selama seseorang telah tidur dengan sangat dalam yaitu pada tahap 3 dan 4, dimana gelombang otak bekerja sangat lambat karena sepanjang hari otak terus bekerja. Ahli kesehatan mental mengatakan bahwa tidur sambil berjalan merupakan suatu kelainan dari penimbulan atau kebangunan, yang berarti ada sesuatu yang menjadi pemicu di otak yang membuat seseorang bangun dari tidur terdalamnya. Jadi, orang tersebut berada pada posisi antara tidur dan terbangun.

Faktanya banyak anak-anak yang sudah mengalami hal ini, khususnya sejak masa pertumbuhannya. Otak anak berkembang lebih cepat dan dipersiapkan dengan segala macam rangsangan. Orang dewasa yang memiliki kebiasaan ini biasanya sudah terjadi sejak masih kecil. Bagi beberapa orang tidur sambil berjalan sangat berbahaya, karena bisa mencelakakan dirinya maupun orang lain. Bagi orang dewasa bisa disebabkan oleh pengaruh obat yang diminum ataupun alkohol. Sementara pada anak-anak bisa dibantu dengan memberikan jadwal tidur yang teratur dan mengurangi stres.

Jika, masalah tidur sambil berjalan ini belum bisa diatasi dengan sendirinya, sebaiknya segera periksakan ke dokter untuk mengetahui apa pemicunya dan agar bisa diobati.

Menggertakan Gigi saat Tidur

Menggertakkan gigi saat tidur termasuk dalam gangguan dalam tidur, yang disebut sleep bruxism. Kebiasaan itu adalah kebiasaan yang tidak disadari pelakunya. Hingga sekarang penyebab sleep bruxism ini tidak diketahui secara pasti.

Maria Giraki, peneliti dari Jerman, mengatakan orang yang punya kebiasaan menggertakkan gigi saat tidur biasanya adalah orang sedang stres dan mencari solusi dari masalahnya. Kesimpulan tersebut dihasilkan berdasarakan penelitian terhadap 48 orang yang mengalami sleep bruxism.

Menggertakkan gigi bisa membuat bagian email menjadi tipis, serta merusak gigi belakang akibat tekanan gerakan rahang saat tidur lebih kuat dibanding saat mengunyah normal.
Selain gejala pada gigi, penderita juga sering mengeluhkan rasa sakit pada rahang bawah ketika bangun tidur. Ada juga yang mengeluhkan sakit kepala atau telinga pada pagi hari.

"Penyebab kebiasaan menggertakkan gigi memang belum diketahui, namun faktor emosional diduga berpengaruh. Kami mencoba menyelidiki apakah perbedaan stres dan cara menyelesaikan masalah berpengaruh pada gejala bruxism," kata Giraki.

Untuk mengukur kadar gertakkan gigi, para peneliti meletakkan pelat tipis di mulut para responden. Ternyata tidak ada pengaruh usia, gender, atau pendidikan terhadap kebiasaan menggertakkan gigi. Hanya saja mayoritas penderita sleep bruxism adalah orang-orang yang didera stres setiap hari, khususnya dalam pekerjaan.

Peneliti berasumsi, orang yang suka menggertakkan gigi adalah mereka yang tidak bisa mengendalikan stresnya dan frustasi. "Mereka sepertinya lebih memilih cara negatif untuk keluar dari stresnya," kata peneliti.

Sampai sekarang belum ada terapi yang efektif untuk mengobati sleep bruxism. Namun pada pasien yang memang mengalami stres, dokter akan meresepkan obat antidepresi. Ada juga pasien yang mendapatkan hipnosis untuk mengeluarkan kecemasan dan marahnya sehingga kebiasaan menggertak gigi bisa hilang.

Minggu, 27 Juni 2010

MISTERI TERBELAHNYA BULAN


Penelitian Ilmiah dari Satu Mukzijat Nabi Muhammad s.a.w

Allah SWT berfirman: "Sungguh telah dekat hari qiamat, dan bulan pun telah terbelah (Q.S. Al-Qamar: 1)"

Dalam temu wicara di televisi bersama pakar Geologi Muslim, Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar, salah seorang warga Inggris mengajukan pertanyaan kepadanya, apakah ayat dari surat Al-Qamar di atas memiliki kandungan mukjizat secara ilmiah ? Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawabnya sebagai berikut :

Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah. Sejak beberapa waktu lalu, saya mempresentasikan di Univ. Cardif, Inggris bagian barat, dan para peserta yang hadir bermacam-macam, ada yang muslim dan ada juga yang bukan muslim. Salah satu tema diskusi waktu itu adalah seputar mukjizat ilmiah dari Al-Qur'an.

Salah seorang pemuda yang beragama muslim pun berdiri dan bertanya, "Wahai Tuan, apakah menurut anda ayat yang berbunyi "Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah" mengandung mukjizat secara ilmiah ?
Maka saya menjawabnya: "Tidak, sebab kehebatan ilmiah dapat diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sebab ia tidak bisa menjangkaunya. Dan tentang terbelahnya bulan, maka itu adalah mukjizat yang terjadi pada Rasul terakhir Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam sebagai pembenaran atas kenabian dan kerasulannya, sebagaimana nabi-nabi sebelumnya. Dan mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan dan dibenarkan oleh setiap orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak termaktub di dalam kitab Allah dan hadits-hadits Rasulullah SAW, maka tentulah kami para
muslimin di zaman ini tidak akan mengimani hal itu. Akan tetapi hal itu memang benar termaktub di dalam Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Dan memang Allah ta'alaa benar-benar Maha berkuasa atas segala sesuatu".

Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah SAW membelah bulan. Kisah itu adalah di masa sebelum hijrah dari Mekah Al-Mukarramah ke Madinah. Orang-orang musyrik berkata, "Wahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu (mengejek dan mengolok-olok)?" Rasulullah bertanya, "Apa yang kalian inginkan ?" Mereka menjawab: "Coba belahlah bulan ..." Maka Rasulullah SAW pun berdiri dan terdiam, lalu berdoa kepada Allah SWT agar menolongnya. Maka Allah SWT memberitahu Muhammad SAW agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan, dan terbelahlah bulan itu dengan sebenar-benarnya. Maka serta-merta orang-orang musyrik pun berujar, "Muhammad, engkau benar-benar telah menyihir kami!".

Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja "menyihir" orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir orang yang tidak ada ditempat itu. Mereka lantas menunggu-nunggu orang-orang yang akan pulang dari perjalanan. Orang-orang Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang baru pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari perjalanan menuju Mekkah, maka orang-orang musyrik pun bertanya, "Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?". Mereka menjawab, "Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing-masingnya kemudian bersatu kembali...!!!".

Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir (ingkar). Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya: "Sungguh, telah dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda-tanda kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, "Ini adalah sihir yang terus-menerus", dan mereka mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap ....." sampai akhir surat Al-Qamar.

"Ini adalah kisah nyata", demikian kata Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar. Dan setelah selesainya Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi tersebut, berdirilah seorang muslim warga Inggris dan memperkenalkan diri seraya berkata, "Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris. Wahai tuan, bolehkah aku menambahkan?" Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawab: "Dipersilahkan dengan senang hati."

Daud Musa Pitkhok berkata, "Aku pernah meneliti agama-agama (sebelum menjadi muslim), maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah terjemah makna-makna Al-Qur'an yang mulia. Maka, aku pun berterima kasih kepadanya dan aku membawa terjemah itu pulang ke rumah. Dan ketika aku membuka-buka terjemahan Al-Qur'an itu di rumah, maka surat yang pertama aku buka ternyata Al-Qamar. Dan aku pun membacanya: "Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah......." Maka aku pun
bergumam: Apakah kalimat ini masuk akal?? Apakah mungkin bulan bisa terbelah kemudian bersatu kembali?? Andai benar, kekuatan macam apa yang bisa melakukan hal itu??? Maka, aku pun menghentikan dari membaca ayat-ayat selanjutnya dan aku menyibukkan diri dengan urusan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi Allah-lah Yang Maha Tahu tentang tingkat keikhlasan hamba-Nya dalam pencarian kebenaran.

Maka aku pun suatu hari duduk di depan televisi Inggris. Saat itu ada sebuah diskusi hangat antara presenter seorang Inggris dan 3 orang pakar ruang angkasa AS. Ketiga pakar antariksa tersebut pun menceritakan tentang dana yang begitu besar dalam rangka melakukan perjalanan ke antariksa. Dan diantara diskusi tersebut adalah tentang turunnya astronot menjejakkan kakiknya di bulan, dimana perjalanan antariksa ke bulan tersebut telah menghabiskan dana tidak kurang dari 100 juta dollar. Mendengar hal itu, presenter terperangah kaget dan berkata, "Kebodohan macam apalagi ini, dana begitu besar dibuang oleh AS hanya untuk bisa mendarat di bulan?" Mereka pun menjawab, "Tidak, ..!!! Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu pengetahuan AS di bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan yang ada di dalam bulan itu sendiri, maka kami pun telah mendapat hakikat tentang bulan itu, yang jika kita berikan dana lebih dari 100 juta dollar untuk kesenangan manusia, maka kami tidak akan memberikan dana itu kepada siapapun. Maka presenter itu pun bertanya, "Hakikat apa yang kalian telah capai sehingga demikian mahal taruhannya?" Mereka menjawab, "Ternyata bulan pernah mengalami pembelahan di suatu hari dahulu kala, kemudian menyatu kembali.!!!" Presenter pun bertanya, "Bagaimana kalian bisa yakin akan hal itu?" Mereka menjawab, "Kami mendapati secara pasti dari batuan-batuan yang terpisah terpotong di permukaan bulan sampai di dalam (perut) bulan. Maka kami pun meminta para pakar geologi untuk menelitinya, dan mereka mengatakan, "Hal ini tidak mungkin telah terjadi kecuali jika memang bulan pernah terbelah lalu bersatu kembali".

Mendengar paparan itu, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris mengatakan, "Maka aku pun turun dari kursi dan berkata, "Mukjizat (kehebatan) benar-benar telah terjadi pada diri Muhammad sallallahu alaihi wassallam 1400-an tahun yang lalu. Allah benar-benar telah mengolok-olok AS untuk mengeluarkan dana yang begitu besar, 100 juta dollar lebih, hanya untuk menetapkan akan kebenaran muslimin !!!!"".

Maka, agama Islam ini tidak mungkin salah ... (aku pun bergumam), "Maka, aku pun membuka kembali Mushhaf Al-Qur'an dan aku baca surat Al-Qamar, dan ... saat itu adalah awal aku menerima dan masuk Islam.

SUBHANALLAH..............
MAHA BESAR ALLAH SWT ATAS SEMUA CIPTAANNYA
Diterjemahkan oleh: Abu Muhammad ibn Shadiq
ISLAM ADALAH RAHMATAN LIL'AALAMIIN

Bukti Kebenaran Al - Qur'an tentang Alam Semesta

Penciptaan Alam Semesta 

Penciptaan Alam Semesta berdasarkan Al Qur’an

Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur’an pada ayat berikut:
“Dialah pencipta langit dan bumi.” (Al Qur’an, 6:101)
Keterangan yang diberikan Al Qur’an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan “Big Bang”, membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.
Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al Qur’an 1.400 tahun lalu.
Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan
ngembangnya Alam Semesta

 Mengembangnya Alam Semesta

Edwin Hubble dengan teleskop besarnya.
Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Al Qur’an, 51:47)
Kata “langit”, sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Qur’an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur’an dikatakan bahwa alam semesta “mengalami perluasan atau mengembang”. Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus “mengembang”. Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur’an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur’an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.

Pemisahan Langit dan Bumi
Gambar ini menampakkan peristiwa Big Bang, yang sekali lagi mengungkapkan bahwa Allah telah menciptakan jagat raya dari ketiadaan. Big Bang adalah teori yang telah dibuktikan secara ilmiah. Meskipun sejumlah ilmuwan berusaha mengemukakan sejumlah teori tandingan guna menentangnya, namun bukti-bukti ilmiah malah menjadikan teori Big Bang diterima secara penuh oleh masyarakat ilmiah.
Satu ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana berikut:
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Al Qur’an, 21:30)
Kata “ratq” yang di sini diterjemahkan sebagai “suatu yang padu” digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan “Kami pisahkan antara keduanya” adalah terjemahan kata Arab “fataqa”, dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari “ratq”. Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini.
Marilah kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat “fatq”. Keduanya lalu terpisah (“fataqa”) satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk “langit dan bumi” yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan “ratq” ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk “fataqa” (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk.
Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20.
  Garis Edar
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.”Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Al Qur’an, 21:33). Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:”Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al Qur’an, 36:38) Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur’an ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.

Sebagaimana komet-komet lain di alam raya, komet Halley, sebagaimana terlihat di atas, juga bergerak mengikuti orbit atau garis edarnya yang telah ditetapkan. Komet ini memiliki garis edar khusus dan bergerak mengikuti garis edar ini secara harmonis bersama-sama dengan benda-benda langit lainnya.
Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini, dinyatakan dalam Al Qur’an sebagai berikut:
“Demi langit yang mempunyai jalan-jalan.” (Al Qur’an, 51:7)
Terdapat sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seolah “berenang” sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.

Semua benda langit termasuk planet, satelit yang mengiringi planet, bintang, dan bahkan galaksi, memiliki orbit atau garis edar mereka masing-masing. Semua orbit ini telah ditetapkan berdasarkan perhitungan yang sangat teliti dengan cermat. Yang membangun dan memelihara tatanan sempurna ini adalah Allah, Pencipta seluruh
sekalian alam.
Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.
Dapat dipastikan bahwa pada saat Al Qur’an diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern.

Karenanya, saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa “dipenuhi lintasan dan garis edar” sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al Qur’an yang diturunkan pada saat itu: karena Al Qur’an adalah firman Allah.

Bentuk Bulat Planet Bumi
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam…” (Al Qur’an, 39:5) Dalam Al Qur’an, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang alam semesta sungguh sangat penting. Kata Arab yang diterjemahkan sebagai “menutupkan” dalam ayat di atas adalah “takwir”. Dalam kamus bahasa Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain secara melingkar, sebagaimana surban dipakaikan pada kepala.Keterangan yang disebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling menutup satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi. Pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa dalam Al Qur’an, yang telah diturunkan di abad ke-7, telah diisyaratkan tentang bentuk planet bumi yang bulat.Namun perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda. Di masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang datar, dan semua perhitungan serta penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini. Sebaliknya, ayat-ayat Al Qur’an berisi informasi yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad terakhir. Oleh karena Al Qur’an adalah firman Allah, maka tidak mengherankan jika kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayatnya ketika menjelaskan jagat raya. 


Atap yang Terpelihara

Gambar ini memperlihatkan
sejumlah meteor yang hendak menumbuk bumi. Benda-benda langit yang berlalu lalang di ruang angkasa dapat menjadi ancaman serius bagi Bumi. Tapi Allah, Pencipta Maha Sempurna, telah menjadikan atmosfir sebagai atap yang melindungi bumi. 
Berkat pelindung istimewa ini, 
kebanyakan meteorid tidak mampu menghantam bumi karena terlanjur hancur berkeping-keping ketika masih berada di atmosfir.
Dalam Al Qur’an, Allah mengarahkan perhatian kita kepada sifat yang sangat menarik tentang langit:
“Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya.” (Al Qur’an, 21:32)
Sifat langit ini telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah abad ke-20.
Atmosfir yang melingkupi bumi berperan sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan. Dengan menghancurkan sejumlah meteor, besar ataupun kecil ketika mereka mendekati bumi, atmosfir mencegah mereka jatuh ke bumi dan membahayakan makhluk hidup.
Atmosfir juga menyaring sinar-sinar dari ruang angkasa yang membahayakan kehidupan. Menariknya, atmosfir hanya membiarkan agar ditembus oleh sinar-sinar tak berbahaya dan berguna, – seperti cahaya tampak, sinar ultraviolet tepi, dan gelombang radio. Semua radiasi ini sangat diperlukan bagi kehidupan. Sinar ultraviolet tepi, yang hanya sebagiannya menembus atmosfir, sangat penting bagi fotosintesis tanaman dan bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup. Sebagian besar sinar ultraviolet kuat yang dipancarkan matahari ditahan oleh lapisan ozon atmosfir dan hanya sebagian kecil dan penting saja dari spektrum ultraviolet yang mencapai bumi.


Kebanyakan manusia yang memandang ke arah langit tidak pernah berpikir tentang fungsi atmosfir sebagai pelindung. Hampir tak pernah terlintas dalam benak mereka tentang apa jadinya bumi ini jika atmosfir tidak ada. Foto di atas adalah kawah raksasa yang terbentuk akibat hantaman sebuah meteor yang jatuh di Arizona, Amerika Serikat. Jika atmosfir tidak ada, jutaan meteorid akan jatuh ke Bumi, sehingga menjadikannya tempat yang tak dapat dihuni. Namun, fungsi pelindung dari atmosfir memungkinkan makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya dengan aman. Ini sudah pasti perlindungan yang Allah berikan bagi manusia, dan sebuah keajaiban yang dinyatakan dalam Al Qur’an.
Fungsi pelindung dari atmosfir tidak berhenti sampai di sini. Atmosfir juga melindungi bumi dari suhu dingin membeku ruang angkasa, yang mencapai sekitar 270 derajat celcius di bawah nol.
Tidak hanya atmosfir yang melindungi bumi dari pengaruh berbahaya.



Selain atmosfir, Sabuk Van Allen, suatu lapisan yang tercipta akibat keberadaan medan magnet bumi, juga berperan sebagai perisai melawan radiasi berbahaya yang mengancam planet kita. Radiasi ini, yang terus- menerus dipancarkan oleh matahari dan bintang-bintang lainnya, sangat mematikan bagi makhuk hidup. Jika saja sabuk Van Allen tidak ada, semburan energi raksasa yang disebut jilatan api matahari yang terjadi berkali-berkali pada matahari akan menghancurkan seluruh kehidupan di muka bumi.
Dr. Hugh Ross berkata tentang perang penting Sabuk Van Allen bagi kehidupan kita:


Bumi ternyata memiliki kerapatan terbesar di antara 

planet-planet lain di tata surya kita. Inti bumi yang terdiri atas unsur nikel dan besi inilah yang menyebabkan keberadaan medan magnetnya yang besar. Medan magnet ini membentuk lapisan pelindung berupa radiasi Van-Allen, yang melindungi Bumi dari pancaran radiasi dari luar angkasa. Jika lapisan pelindung ini tidak ada, maka kehidupan takkan mungkin dapat berlangsung di Bumi. Satu-satunya planet berbatu lain yang berkemungkinan memiliki medan magnet adalah Merkurius – tapi kekuatan medan magnet planet ini 100 kali lebih kecil dari Bumi. 
Bahkan Venus, planet kembar kita, tidak memiliki medan magnet. Lapisan pelindung Van-Allen ini merupakan sebuah rancangan istimewa yang hanya ada pada Bumi. (http://www.jps.net/bygrace/index. html Taken from Big Bang Refined by Fire by Dr. Hugh Ross, 1998. Reasons To Believe, Pasadena, CA.)

Energi yang dipancarkan dalam satu jilatan api saja, sebagaimana tercatat baru-baru ini, terhitung setara dengan 100 milyar bom atom yang serupa dengan yang dijatuhkan di Hiroshima. 

Lima puluh delapan jam setelah kilatan tersebut, 
teramati bahwa jarum magnetik kompas bergerak tidak seperti biasanya, 
dan 250 kilometer di atas atmosfir bumi terjadi 
peningkatan suhu tiba-tiba hingga mencapai 2.500 derajat celcius.

 

Singkatnya, sebuah sistem sempurna sedang bekerja jauh tinggi di atas bumi. Ia melingkupi bumi kita dan melindunginya dari berbagai ancaman dari luar angkasa. Para ilmuwan baru mengetahuinya sekarang, sementara berabad-abad lampau, kita telah diberitahu dalam Al Qur’an tentang atmosfir bumi yang berfungsi sebagai lapisan pelindung.



Energi yang dipancarkan oleh sebuah letusan pada Matahari sungguh amat dahsyat sehingga sulit dibayangkan akal manusia: Letusan tunggal pada matahari setara dengan ledakan 100 juta bom atom yang pernah dijatuhkan di Hiroshima. Bumi terlindungi dari pengaruh merusak akibat pancaran energi ini.


The magnetosphere layer, formed by the magnetic field of the Earth, serves as a shield protecting the earth from celestial bodies, harmful cosmic rays and particles. In the above picture, this magnetosphere layer, which is also named Van Allen Belts, is seen. These belts at thousands of kilometres above the earth protect the living things on the Earth from the fatal energy that would otherwise reach it from space.
Langit yang Mengembalikan
Ayat ke-11 dari Surat Ath Thaariq dalam Al Qur’an, mengacu pada fungsi “mengembalikan” yang dimiliki langit. ”Demi langit yang mengandung hujan.” (Al Qur’an, 86:11). Kata yang ditafsirkan sebagai “mengandung hujan” dalam terjemahan Al Qur’an ini juga bermakna “mengirim kembali” atau “mengembalikan”. Sebagaimana diketahui, atmosfir yang melingkupi bumi terdiri dari sejumlah lapisan. Setiap lapisan memiliki peran penting bagi kehidupan. Penelitian mengungkapkan bahwa lapisan-lapisan ini memiliki fungsi mengembalikan benda-benda atau sinar yang mereka terima ke ruang angkasa atau ke arah bawah, yakni ke bumi. Sekarang, marilah kita cermati sejumlah contoh fungsi “pengembalian” dari lapisan-lapisan yang mengelilingi bumi tersebut.

Lapisan Troposfir, 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi, memungkinkan uap air yang naik dari permukaan bumi menjadi terkumpul hingga jenuh dan turun kembali ke bumi sebagai hujan.
Lapisan ozon, pada ketinggian 25 km, memantulkan radiasi berbahaya dan sinar ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan mengembalikan keduanya ke ruang angkasa.
Ionosfir, memantulkan kembali pancaran gelombang radio dari bumi ke berbagai belahan bumi lainnya, persis seperti satelit komunikasi pasif, sehingga memungkinkan komunikasi tanpa kabel, pemancaran siaran radio dan televisi pada jarak yang cukup jauh.
Lapisan magnet memantulkan kembali partikel-partikel radioaktif berbahaya yang dipancarkan Matahari dan bintang-bintang lainnya ke ruang angkasa sebelum sampai ke Bumi.
Sifat lapisan-lapisan langit yang hanya dapat ditemukan secara ilmiah di masa kini tersebut, telah dinyatakan berabad-abad lalu dalam Al Qur’an. Ini sekali lagi membuktikan bahwa Al Qur’an adalah firman Allah.

Sabtu, 26 Juni 2010

Mengapa Makhluk ghaib (Jin) tidak bisa di lihat manusia ?

Makhluk halus tidak dapat di lihat oleh kita bangsa manusia, mengapa ? ya jelaslah orang namanya makhluk halus, sangat halus mana bisa di lihat, hehehe....
Maaf bercanda, sebelum kita bahas lebih lanjut, di dalam Al - Qur'an Allah SWT telah berfirman :


"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman".
( Al - A'raf : 27 )

Allah telah menerangkan kepada kita bahwa setan, Iblis, Jin dan sebangsanya tidak dapat kita lihat, sedangkan mereka dapat melihat kita. frekuensi yang alam manusia berbeda dengan frekuensi deimensi mereka. Kenapa kita tidak bisa melihat, mendengar bahkan bersentuhan dengan mereka.

  • Frekuensi Cahaya yang dapat dilihat manusia
Kita Manusia dapat melihat karena adanya cahaya, apabila tidak ada cahaya kitpun tidak dapat melihat. contoh pada malam hari, mati lampu tidak ada sumber cahaya sama sekali, tentu kita tidak akan dapat melihat apa-apa, rasanya seperti dengan kita waktu memejamkan mata. Frekuensi cahaya yang dapat dilihat oleh manusia adalah antara 400 nm sampai dengan 700 nm. Di bawah ataupun di atas frekuensi tersebut kita sudah tidak dapat melihatnya. Frekeunsi di bawah 400 nm di sebut cahaya Infra merah dan di atas 700 nm desibut cahaya Ultraviolet. Kemungkinan besar bangsa Jin, setan dan sejenisnya berada pada Frekuensi di bawah 400 nm, sehingga kita tidak dapat melihatnya.

  • Frekuensi Suara yang dapat dilihat manusia
Telinga manusia memiliki keterbatasan pendengaran tergantung besar kecilnya frekuensi. Frekuensi suara yang dapat didengar manusia disebut frekuensi audio, yaitu berkisar antara 20 sampai 20.000 Hz. Frekuensi di bawahnya disebut Infrasonik dan frekuensi di atasnya di sebut ultrasonik. Beberapa hewan dapat mendengar frekuensi di atas atau di bawah frekuensi audio.
Kelelawar menggunakan frekuensi 100.000 hz untuk navigasi terbangnya, anjing dapat mendengar hingga frekuensi 40.000hz, kucing memiliki kepekaan antara frekuensi 100 sampai 60.000hz. kudanil menggunakan frekuensi infrasonik 5hz untuk berkomunikasi dengan sesama kudanil. gajah dapat menangkap frekuensi dari 1-20.000hz.
Frekuensi bangsa Jin di luar frekuensi audio sehingga kita juga tidak dapat mendengar mereka.

Sesungguhnya hal yang Ghaib itu hanya milik Allah, kita sebagai makhuknya hany diberi sedikit pengetahuan tentang hal-hal yang ghaib. Begitulah Allah menjelaskan dalam Al Qur'an, selahkan di baca dan di cari sendiri, kebetulan aku lupa surat dan ayatnya. hehehe


Esensi Malaikat

Dalam QS 2:30 dan 15:28 Allah menyebutkan tentang malaikat. Merujuk kepada pendapat M. Quraish Shihab [6], dalam bahasa Arab kata malā’ikah adalah bentuk jamak dari kata malak.

Ada yang berpendapat bahwa kata malak, terambil dari kata laka atau ma’lakah yang berarti yang “mengutus” atau “perutusan/risalah”. Malaikat adalah “utusan-utusan Tuhan untuk berbagai tugas”. Ada juga yang berpendapat bahwa kata malak terambil dari kata la’aka yang berarti “menyampaikan sesuatu”. Sehingga malak/malaikat adalah makhluk yang menyampaikan sesuatu dari Allah SWT.
Dalam surah al-Fathir [35]:1 disebutkan bahwa malak atau malaikat mempunyai sayap,

Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS 35:1)

Dalam ayat diatas kata ajnihah adalah bentuk jamak dari janah yakni sayap. Misalnya burung, sayap bagi burung memiliki fungsi bagaikan tangan bagi menusia. Menurut M. Quraish Shihab, kata ini dapat dipahami dalam arti hakikat, yaitu memang makhluk yang memiliki sayap, walau bentuknya tidak tahu seperti apa. Bisa juga ia dipahami sebagai suatu potensi yang menjadikan ia mampu berpindah dengan sangat mudah dari satu tempat ke tempat lainnya. Ulama Thabhathaba’I menegaskan bahwa inilah yang dimaksud dengan kata “sayap” oleh ayat diatas.

Saya cenderung sepakat dengan pengertian yang digunakan oleh Thabathabai. Pengertian kedua dengan menyebutkan sayap sebagai suatu potensi, dan melihat pada penggunaan potensi itu untuk berpindah tempat atau saya katakan saja bergerak atau berubah keadaan, maka gambaran malaikat lebih mendekati apa yang disebut sebagai suatu entitas yang bersifat energetis. Pengertian energetis ini saya maksudkan sebagai suatu entitas yang tidak berbentuk materi, namun sepenuhnya immaterial atau boleh juga disebut gaib. Makna suatu “potensi” sebenarnya bisa disandingkan dengan pengertian qadar atau ukuran yang sudah tertentu. Dalam bahasa fisika modern, maka hal ini merujuk pada pengertian “kuanta” atau “tercatu” yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana “foton cahaya” yang immaterial menjalar sebagai suatu bongkahan-bongkahan energi gelombang elektromagnetik yang besarnya terkuantifikasi atau tertentu.

Kuantifikasi ini sebenarnya menunjukkan pada pengertian perbedaan tingkat energi atau perbedaan frekuensi. Sehingga, kalau kita sandingkan dengan kalimat selanjutnya dalam ayat diatas “Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya” merujuk pada pengertian perubahan-perubahan keadaan dari entitas tersebut yang dapat mengubah-ubah potensinya atau kadarnya, atau frekuensinya. Sehingga kalau dimaknai lebih jauh secara agamis dengan pengertian jasmani dan ruhani, perubahan keadaan demikian masih bisa diterima. Artinya, dengan berubahnya tingkat keadaan atau frekuensi maka malaikat tersebut dapat mengubah bentuk sesuai potensi yang ada padanya.

Pengertian memiliki 2, 3, 4 sayap dan seterusnya sebenarnya bisa dikaitkan dengan pengertian penomoran bilangan kuantum. Dalam teori kuantum, sebuah eksistensi partikel hanya akan dapat dideteksi bila ia memenuhi suatu tingkat keadaan energi yang memenuhi bilangan bulat yaitu bilangan 2,3,4 sampai tidak berhingga, tergantung spektrum dari entitas tersebut. Allah dalam ayat diatas tidak menyebutkan 1 sayap dapat dimengerti sebagai bilangan kuantum 1 yang sejatinya memang menunjukkan tingkat energi minimal dimana suatu entitas menjadi stasioner dan tidak bisa berubah posisi sebelum ada gangguan dari luar. Analoginya seperti bulan yang dengan tetap mengitari bumi, atau bumi mengitari matahari. Dengan penjelasan sains modern, maka beberapa hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim yang menyebutkan Nabi SAW melukiskan bentuk malaikat Jibril memiliki 500 sayap, dan Az-Zuhri meriwayatkan bahwa malaikat Israfil memiliki 12.000 sayap dapat diuraikan dengan jelas. Jibril dengan 500 sayap merujuk pada pengertian bahwa malaikat Jibril adalah sebuah entitas “foton cahaya” yang memiliki spektrum tingkat keadaan atau potensi atau kadar atau kuanta 500 tingkatan, mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar, atau Jibril mempunyai 500 pita frekuensi. Demikian juga pengertian 12.000 sayap yang dimengerti sebagai malaikat Israfil merujuk pada malaikat atau entitas foton cahaya dengan 12.000 pita frekuensi.

Pengertian malaikat sebagai foton cahaya menjelaskan peran dan fungsi malaikat sebagai utusan Allah yang mempunyai tugas “untuk menyampaikan sesuatu”, khususnya “pengetahuan atau informasi atau wahyu”. Karena foton cahaya adalah gelombang elektromagnetik, dan gelombang elektromagnetik mempunyai peran sebagai penyampai informasi seperti sehari-hari biasa kita mendengar radio atau televisi. Dengan demikian, perbedaan pita frekuensi menunjukan perbedaan tugas dari malaikat seperti disebut oleh Ibnu Asyur seperti halnya kita mengubah frekuensi untuk mengubah stasiun radio yang ingin kita dengar. Sedangkan jangkauan jelajahnya sangat jauh karena gelombang elektromagnetik mempunyai kecepatan cahaya 300.000 km per detik.

Malaikat sebagai foton cahaya atau entitas cahaya seebenarnya tidak pernah disebutkan langsung didalam al-Qur’an, namun dapat jelaskan dengan QS 32:5 yang menyatakan

“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” dan juga QS 70:4, “Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.”

Kedua ayat tersebut sebenarnya menjelaskan bagaimana “urusan” dan “malaikat” bergerak secara energetis dengan frekuensi yang sebanding dengan pengertian relativitas waktu kesebandingan sehari=1000 tahun dan sehari=50000 tahun. Jika kesetaraan waktu tersebut diperhitungkan dengan Teori Relativitas Einstein, ternyata baik dengan 1000, 2000, ataupun 50.000 kecepatan urusan tersebut identik dengan kecepatan cahaya 300.000 km per detik. Sehingga apa yang dimaksud malaikat dalam QS 32:5 dan QS 70:4 adalah suatu entitas foton cahaya elektromagnetik atau entitas yang sejenisnya yang mampu menyimpan dan menyampaikan informasi dan menjalar dengan kecepatan cahaya secara tetap. Dalam suatu hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Ahmad At-Tirmidzi dan Ibn Majjah melalui Aisyah r.a dkatakan bahwa Rasul SAW bersabda,

” Malaikat diciptakan dari cahaya, jin dari api yang berkobar dan Adam (manusia) sebagaimana dijelaskan kepada kalian.”

Foton cahaya mempunyai frekuensi sekitar 1018-1039 Hertz, sebagai pembanding frekuensi gelombang suara sekitar 20 hingga 2x105 Hertz. Jadi, bagi foton cahaya terdapat suatu pita frekuensi yang sangat lebar yang memungkinkan akomodasi berbagai jenis malaikat sesuai dengan fungsi masing-masing. Dengan frekuensi yang demikian tinggi, tentunya manusia tidak akan mampu menangkapnya dengan sistem inderawinya yang biasa, maupun dengan instrumen elektronik seperti radar. Spektrum frekuensi yang dapat ditangkap oleh inderawi manusia sebenarnya hanya spektrum cahaya tampak, namun spektrum frekuensi cahaya secara umum yang dapat ditangkap oleh instrumen buatan manusia saat ini hanya mencakup kisaran frekuensi 1 Hz sampai 1025 Hz. Yang paling rendah adalah frekuensi radio gelombang panjang yang dipakai pemancar, angkatan udara, navigasi pelayaran, dll., sedangkan yang tertinggi adalah frekuensi sinar gamma. Pada frekuensi dibawah 1 Hz manusia tidak mampu mendeteksinya baik secara alamiah maupun dengan alat, sedangkan pada frekuensi tinggi adalah frekuensi diatas 1025 Hz. Jadi kalau kita gunakan batasan yang bisa dikatakan sudah tidak gaib ini, maka wilayah malaikat mungkin berada di bawah frekuensi 1 Hz atau diatas 1025 Hz. Untuk wilayah frekuensi tinggi boleh jadi itulah wilayah malaikat Jibril, Israfil dan malaikat yang lainnya.

Di alam semesta terdapat dua macam gelombang yang masing-masing membangun alam makro dan alam mikro. Gelombang elektromagnetik membangun alam mikro dari dunia kuantum sampai maujud obyek, sedangkan gelombang gravitasi dengan partikel pembawanya disebut graviton bekerja dalam wilayah makro yaitu membangun gaya gravitasi planet, bintang-bintang, dan galaksi-galaksi. Sejauh ini, baik elektromagnetik maupun gravitasi keduanya dibawa oleh partikel-partikel immaterial yang bergerak dan menjalar dengan kecepatan cahaya. Namun, berbeda dengan foton elektromagnetik yang sebagian sudah terdeteksi manusia, maka gelombang gravitasi sejauh ini belum dapat dideteksi karena diduga frekuensinya sangat rendah dengan orde dibawah 1 Hz namun sangat berperanan mengikat planet, bintang, galaksi dan alam semesta seperti wujudnya saat ini. Boleh jadi juga bahwa partikel gaib graviton, yang menggendong gaya gravitasi, termasuk jenis malaikat yang menjaga keseimbangan struktur makro alam semesta. Bahkan ada dugaan lain bahwa gelombang gravitasi ini juga bekerja di wilayah alam mikro yaitu alam atomis, dunia kuantum, sampai berakhir dikegaiban alam jabarut yaitu dengan munculnya hipotesa partikel hipotetik elementer yang sesungguhnya menjadi benang perajut atau superstring dari alam semesta. namun sejauh ini partikel hipotetik tersebut belum dapat terbukti karena diduga jauh lebih kecil dari partikel elementer quark.

Kalau demikian bagaimana Nabi SAW mencitrakan malaikat dengan gambaran sebagai makhluk yang berubah-ubah bentuknya. Sebagai cahaya, maka cahaya atau entitas semacamnya (termasuk diantaranya jin dan iblis) memang mudah melakukan metamorfosis. Contoh gamblang adalah pendaran cahaya pelangi yang menampilkan aneka warna ketika cahaya matahari melewati udara yang embun. Demikian juga ketika cahaya melewati prisma akan berpendar aneka warna. Fenomena demikian di sebut difraksi cahaya atau hamburan. Boleh jadi, pada suatu keadaan ruhaniah tertentu, malaikat Jibril sebagai foton cahaya – tentunya atas kehendak Allah – melewati suatu lapisan udara yang menyebabkan foton berpendaran atau terdifraksi membangun suatu gambaran makhluk bersayap. Atau boleh jadi juga, justru sistem inderawi Nabi SAW dikendalikan atau dipengaruhi oleh foton cahaya sehingga ia melihat suatu gambaran atau bentuk makhluk yang sesuai dengan kondisi ruhaniahnya saat itu.

Mengingat frekuensi malaikat Jibril sangat tinggi, maka sistem inderawi Nabi SAW yang normal sebenarnya nyaris tidak berfungsi. Yang berfungsi adalah sistem inderawi ruhaniahnya yang semakin sensitif dan halus yaitu qolbu. Secara psikologis, kondisi demikian terjadi bila kondisi jasmani berada dalam keadaan tidur dan jaga dan gelombang otak mengalami suatu koherensi dengan frekuensi 40 Hz. Keadaan ruhani demikian disebut keadaan kuantum dimana daya tangkap inderawi normal menjadi terbatas sehingga digambarkan oleh Al Qur’an “Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak pula melampauinya. (QS 53:17)”. Dan ditegaskan kembali dengan “Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.(QS 53:11)”. Artinya penglihatan normal Nabi SAW digantikan dengan penglihatan ruhani. Disini qolbu berperan sebagai sensor yang sangat halus yang mampu menerima respon dari entitas Jibril yang membawa jutaan bit informasi maupun menyampaikannya secara batiniah langsung ke qolbu Nabi SAW. Digambarkan oleh al-Qur’an, “

“Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang
diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad)
apa yang telah Allah wahyukan. (QS 53:4-8)”

“Jibril yang sangat kuat” menunjukkan bagaimana tingkat keadaan energi Jibril saat itu sebagai foton cahaya bahwa ia datang dengan frekuensi sangat tinggi yang diluar ambang batas penglihatan dan pendengaran normal manusia yang juga membawa jutaan bit informasi wahyu. Disebutkan juga “mempunyai akal yang cerdas”, yang dimaksud adalah entitas foton cahaya yang mengikuti aturan atau hukum-hukum alam tertentu yaitu yang sekarang disebut sebagai Teori Kuantum. “Rupanya yang asli” menunjukkan bahwa Jibril mampu melakukan semacam modus perubahan frekuensi yang mandiri (karena adanya kuantifikasi) dari yang tertinggi sampai frekuensi yang masih mampu diterima oleh Nabi SAW sebagai manusia dengan jasad biologis yang terbatas, sehingga terdapat suatu pengertian “dia berada di ufuk yang tinggi” semakin “mendekat dan lebih dekat lagi sehingga berjarak antara dua ujungbusur panah” menunjukkan perubahan jangkauan penjalarannya saat itu untuk menyesuaikan dengan keadaan nabi SAW. Boleh jadi, saat partikel foton cahaya menggetarkan qolbu nabi SAW, bukan sekedar suara yang diterima namun juga visualisasi bentuk Jibril sesuai keadaan ruhani Nabi SAW saat itu. Artinya gambaran malaikat sebenarnya disesuaikan dengan apa yang menjadi prasangka Nabi SAW saat itu.

Dalam banyak riwayat, diceritakan bahwa saat ia menerima wahyu Nabi SAW mendengar suara yang dahsyat. Keadaan demikian dapat dijelaskan karena gelombang yang membawa jutaan bit informasi berupa wahyu dikemas dalam suatu partikel yang membawa gaya elektro lemah yang dapat menggetarkan cairan dopamine yang terletak di belahan kiri bagian atas lobus otak. Sehingga yang terasakan oleh Nabi SAW adalah terdengarnya gaung bunyi lonceng atau gaung kumpulan lebah sebagai gaung ultrasonic atau dengingan ultrasonic yang tidak terdeteksi telinga normal, namun terasakan oleh Nabi sebagai suatu realitas kuantum oleh qolbunya. Oleh karena itu, sekalipun Nabi SAW menutup telinganya, ia masih mendengar suara dahsyat tersebut [82].

Apakah malaikat memang foton cahaya atau partikel-partikel elementer yang melakukan aktivitas interaksi gaya-gaya dalam tatanan kuantum, atomis, maupun obyek? Untuk memastikannya kita akan mengulas perbandingan karakteristik malaikat secara agamis dengan karaketristik partikel-pertikel elementer yang sebagian besar disebut sebagai partikel tidak bermassa alias gaib tersebut.

Dalam bahasa agama, dengan mengambil pengertiannya, para ulama umumnya berpendapat bahwa malaikat adalah makhluk halus yang diciptakan dari cahaya yang dapat berubah-ubah bentuk, taat mematuhi perintah Allah, dan sedikit pun tidak membangkang. Allah menganugerahkan kepada mereka akal dan pemahaman, menciptakan bagi mereka naluri untuk taat, serta memberikan mereka kemampuan berubah-ubah dengan berbagai bentuk yang indah, dan kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berat. Secara umum para ulama umumnya sepakat bahwa malaikat adalah makhluk Allah yang gaib yang berfungsi sebagai pembawa informasi, mengatur urusan, dan beberapa sifat lainnya antara lain [82]:

• Sifat-sifat malaikat adalah takwa (QS 2:30, 7:206, 40:7, 42:5), patuh (QS 16:49), mulia (QS 21:26-27), cerdas (QS 53:6), bergerak dengan kecepatan tinggi (QS 79:3-4), bersayap (QS 35:1), mampu berubah bentuk atau bermetamorfosis (QS 11:69-70, 19:17, 29:31-33; 3:39-42), tidak durhaka (QS 66:6).
• Tugas-tugas malaikat adalah sebagai utusan kepada hamba yang dikehendaki Allah SWT (QS 16:2, 22:75), mengatur segala urusan (QS 79:5, 97:4), mediator wahyu (QS 2:97, 26:192-194), sebagai aparat pelaksana kekuasaan (QS 69:17).

Secara umum, menurut A. Marconi [82] (dengan sedikit perubahan redaksional) malaikat mengandung matriks arti dan pengertian sebagai suatu esensi makhluk yang ditugaskan untuk penguasaan dan pengendalian yang bebas serta memiliki kemampuan untuk menyampaikan; dengan kata lain suatu mediator bebas yang memiliki medan gaya atau kekuatan sebagai potensinya yang mendasar atau qadar. Dengan demikian, foton cahaya dalam pandangan sains modern memiliki fungsi sebagai pembawa satuan informasi dan mediator interaksi gaya-gaya fundamental elektromagnetis, mempunyai sifat-sifat dan tugas-tugas sebagai berikut :

• Tidak bermuatan listrik, tidak bermassa, bergerak mendekati kecepatan cahaya.
• Tugasnya menjadi pembawa satuan informasi dan menjadi mediator inetraksi antar partikel.
• Mampu melakukan metamorfosis karena adanya hukum fisika kuantum microreversibility entrophy.

Sifat foton yang tidak bermuatan menyebabkan ia tidak berinteraksi dengan gaya elektromagnetik (membangun struktur atom), gaya nuklir lemah, maupun gaya nuklir kuat (membangun inti atom). Sedangkan sifat tidak bermassa menyebabkan ia tidak berinteraksi dengan gaya gravitasi. Gerak foton yang mendekati kecepatan cahaya menjelaskan sifat foton sebagai suatu entitas energetis dengan ukuran yang tertentu atau dengan kuanta tertentu yang besarnya mengikuti aturan kuantum dengan kelipatan bilangan bulat (n=2,3,4…). Dengan demikian, gerakan foton akan disesuaikan dengan paket-paket energinya atau sesuai potensinya. Dengan demikian, kalau kita gunakan uraian foton cahaya dalam bahasa metafora diperoleh gambaran sbb:

Foton adalah suatu makhluk (entitas partikel energetis yang gaib) yang tunduk dan patuh kepada sumber asal (yakni hukum-hukum Teori Kuantum dengan aturan kelipatan bilangan bulat), mampu mengubah diri dengan sementara sesuai medium yang dimasukinya, bergerak dengan kecepatan tinggi mendekati cahaya, berfungsi sebagai mediator dan dapat membawa informasi. Dengan kesimpulan demikian, maka menjadi jelas bahwa antara malaikat dengan foton dan partikel-partikel elementer pembawa informasi lainnya memiliki sifat-sifat dan tugas-tugas yang sama.

Dari persamaan sifat dan tugas ini maka bisa disimpulkan bahwa apa yang dimaksud sebagai Malaikat dalam al-Qur’an identik dengan foton cahaya dan partikel-partikel elementer yang bersifat mediator lainnya dalam pengertian sains modern. Artinya, berbagai informasi yang disampaikan oleh al-Qur’an maupun hadis Nabi SAW tentang malaikat sebenarnya dapat dijelaskan dengan rasional dan senyatanya memang terjadi seperti yang diungkapkan Nabi SAW. Saat ini sains modern mempunyai beberapa gambaran tentang foton dan partikel elementer lainnya yang bisa disebutkan sebagai mediator energi dan gaya atau sebagai malaikat yaitu :

Graviton yang membangun medan gravitasi planet dan benda bermassa lainnya. Jangkauan interaksi tidak berhingga, namun sangat lemah dengan orde kekuatan relatif sekitar 10-39 (dibandingkan dengan gluon) sehingga sulit dideteksi kendati dampaknya sangat nyata membangun alam semesta makro. Kendati demikian, keberlakuan graviton diduga sampai ke hirarki buih dan gelembung kuantum.
Foton cahaya baik dalam spektrum frekuensi yang bisa teridentifikasi maupun tidak. Foton membantu membangun struktur atom, molekul, zat padat, zat cair; merupakan faktor penting di jagat raya. Jangkauan interaksi tidak berhingga dengan kekuatan relatif 10-2.
Boson yang mengikat proton dan netron membangun komposisi inti atom. Dikenal sebagai partikel pembawa gaya nuklir lemah dengan jangkauan sangat pendek 10-17 m dan kekuatan realtif 10-5.
Meson mengikat nukleon menjadi bentuk inti atomis, dikenal sebagai partikel pembawa gaya nuklir kuat. Partikel yang dipengaruhinya disebut partikel hadron. Jangkauan interaksi 10-15 m kekuatan relatif 1.
Gluon yang mengikat quark menjadi nukleon. Termasuk gaya nuklir kuat, partikel yang dipengaruhi adalah quark dengan kekuatan relatif dan jangkauan sama dengan Meson, kekuatan relatif 1.

Dalam tatanan hirarki yang lebih halus, yaitu buih dan gelembung kuantum, maka sains modern belum mengetahui dengan persis partikel-partikel elementer yang berinteraksi di tatanan tersebut. Dugaan sementara menyebutkan bahwa pada kondisi kuantum paling renik maka yang muncul adalah unifikasi elektromagnetik dan gravitasi dalam gelembung kuantum atau alam Lauh Mahfuz/Qalam.

Menurut Muhammad Abduh yang cenderung menafsirkan secara rasional, ia menegaskan bahwa , “malaikat adalah makhluk-makhluk gaib yang tidak dapat diketahui hakikatnya, namun harus dipercaya wujudnya.” Ketika menafsirkan ayat ini, Syekh Muhammad Abduh, sebagaimana diuraikan oleh Rasyid Ridha, mengemukakan suatu pendapat yang kontroversial bahwa tidak mustahil, tidak juga ada keberatan akal atau agama, untuk memahami apa yang dinamai malaikat, dinamai oleh orang lain sebagai hukum-hukum alam. Malaikat menurut Muhammad Abduh yang disebutkan sebagai Fal mudab-birati amra dalam QS 79:5 mempunyai tugas sebagai yang mengatur segala urusan. Hal ini diperankan dengan hukum-hukum alam, sehingga tidak ada salahnya memahami malaikat atau dampak dari peranannya yang dipahami manusia sebagai hukum-hukum alam.

Meskipun M. Quraish Shihab nampaknya tidak sepenuhnya sepakat dengan pengertian yang diusulkan Muhammad Abduh, namun beliau sepakat bahwa pengertian malaikat semestinya dipahami sebagai aspek keimanan Islam karena di dalam al-Qur’an tidak ditemukan isyarat lebih dekat atau jauh tentang hal ini. Namun, sebagai suatu keimanan pengertian malaikat harus diyakini dalam pengertian mempercayai wujud malaikat, yakni bahwa mereka mempunyai eksistensi yang diciptakan Allah dan bukan suatu ilusi. Kedua, meyakini bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah yang taat, dengan tugas-tugas tertentu seperti membagikan rezeki, memikul singsahana Ilahi, .mencatat amal, menjadi utusan Allah dan lain-lainnya.

Dengan pendekatan rasional yang digali dari penemuan sains modern yang terbaru, nampaknya memang diperlukan suatu kajian yang lebih nyata bahwa apa yang di maksud malaikat sebenarnya dapat dipahami, baik dengan pemahaman agamis maupun teoritis rasional. Kendati nampaknya saat ini terdapat titik terang mengenai apakah malaikat itu, namun memang masih perlu waktu bahwa senyatanya malaikat adalah suatu ungkapan yang merujuk pada pengertian fundamental dari partikel-partikel elementer yang mampu berinteraksi secara energetis baik di wilayah makro maupun mikro. Namun, hanya Allah lah yang lebih tahu sebenarnya.

Lantas, apa perlunya Allah meminta pendapat malaikat ketika Adam hendak diciptakan? Ibnu Asyur berpendapat bahwa istisyarah atau permintaan pendapat tersebut, dijadikan demikian supaya ia menjadi suatu substansi yang bersamaan dalam wujudnya dengan penciptaan manusia pertama, agar ia menjadi bawaan bagi anak cucunya, karena situasi dan idea-idea yang menyertai wujud sesuatu dapat berbekas dan menyatu antara sesuatu yang wujud itu dengan situasi tersebut. Lebih lanjut, apa yang disampaikan Allah kepada malaikat sebenarnya boleh dikatakan lebih condong kepada suatu penyampaian informasi, yang dimaksudkan agar malaikat memahami bahwa apa yang dibuat Allah adalah suatu makhluk yang memiliki kemampuan lebih baik dibanding malaikat dan Iblis, dengan kemampuan untuk mencapai kesempurnaan yang mencerminkan sifat-sifat atau karakter dari Penciptanya.

Ibaratnya, Adam adalah suatu masterpiece penciptaan, jadi kalau dianalogikan bagaikan seorang pelukis yang sedang membuat lukisan yang paling indah yang secara langsung mencerminkan sifat-sifat dan karakter dari pelukisnya. Hal ini ditegaskan juga kemudian bahwa manusia Adam memiliki kemampuan lebih dalam mengembangkan akal dan pikirannya sebagai suatu kesadaran makhluk yang disempurnakan. Artinya, manusia diajar langsung oleh Tuhan untuk mengenal nama-nama, hukum-hukum, dan tentang dirinya sendiri. Inilah yang membedakan Adam dengan Malaikat dan Iblis. Hanya, terjadi respon yang berbeda-beda ketika malaikat dan Iblis menanggapi kenyataan demikian. Ketika Allah memerintahkan bersujud kepada Adam, malaikat patuh menghormatinya, sedangkan Iblis karena iri, dengki, kebodohan dan kesombongannya menolak perintah Allah. Kutukan dan permusuhan pun muncul, yang sebenarnya merefleksikan dua sifat mendasar dari manusia yaitu potensi baik dan buruk. Kedua potensi inilah yang menyebabkan manusia memiliki suatu kebolehjadian untuk menjadi sempurna, atau ia menjadi sengsara seperti Iblis yang dikutuk. Ia menjadi sempurna bila akal pikiran dan ilmu pengetahuannya mampu menyingkap hubungan antara dirinya, alam semesta dan Penciptanya. Namun, ia akan menjadi terkutuk ketika ia tidak mampu mengenal dirinya sendiri, alam semesta dan Tuhannya. Dalam arti, ia mengisolasikan dirinya dalam belenggu kesombongan dan kebodohan Iblis yang sudah menyesatkannya.

Dramaturgi Manusia, Iblis, Malaikat, Jin dan Setan memperjelas berbagai aspek penciptaan manusia sebagai makhluk yang disempurnakan Allah SWT jika dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam kesempurnaannya, maka manusia pun diberikan tugas dan kemampuan yang lebih sempurna, khususnya kemampuannya untuk memilah dan memilih, mengambil keputusan, belajar, menghimpun pengetahuan, dan menemukan jalan kembali pada-Nya. Namun, karena esensi penciptaan dirinya yang maujud dari tanah dengan batas-batas biologis yang jelas, maka kebutuhan manusia untuk mempertahankan batas-batas biologisnya menumbuhkan suatu sistem energetis yang berbeda dengan esensi asalnya yang murni yaitu ruh yang menyaksikan Tuhan Yang Esa (QS 7:172).

Dari proses penciptaan inilah kemudian muncul sistem yang labil yang disebut nafs yang dapat diintervensi oleh Iblis dan Jin, dan dapat juga diintervensi oleh malaikat yang patuh. Namun, esensi kesempurnaannya jauh lebih baik ketimbang Malaikat, Iblis, Jin maupun Setan. Esensinya yang paling mulia dan tercerahkan adalah esensi dari limpahan rahmat dan kasih sayang Allah yang maujud sebagai “Bismillahiirrahmaanirrahiim”, yang tidak diketahui oleh Jin dan Malaikat, maka iapun bisa jauh lebih baik dari malaikat dan Iblis. Manusia yang sempurna adalah ia yang menjadi esensi awal mula sebagai bagian dari limpahan Nur Muhammad yang menjadi rahmat bagi seluruh alam dan makhluk yang diciptakan-Nya. Maka manusia yang mampu mencapai kesempurnaan inilah yang akhirnya mampu mengaktualkan pengenalan jatidirinya menuju pengenalan kepada Allah dan menyembah-Nya sebagai totalitas dari makrifatullah-nya sebagai hamba Allah dan Wakil Allah di muka bumi. Anak cucu Adam dan Hawa mestinya seperti itu, ia yang mengenal diri dan mengenal Tuhannya Yang Esa.

Jumat, 25 Juni 2010

Menguak Misteri Latah

Rasanya tidak ada seorangpun yang tidak pernah memiliki teman atau mengenal seseorang yang memiliki kondisi latah. Biasanya kita senang bermain dengan  mereka karena dianggap lucu. Tapi tidak seperti dugaan banyak orang, latah bukanlah sebuah penyakit, melainkan sebuah fenomena psikososial biasa yang sangat jarang ditemui di luar wilayah Indonesia dan Malaysia. Sebagai materi dalam kelas FAST Hypnosis, ini adalah pelajaran gratis untuk Anda semua…

Menurut Wikipedia, latah adalah kondisi yang dipicu oleh refleks kejutan sehingga korban masuk ke dalam keadaan trance dan menduplikasi gerakan atau ucapan tertentu secara otomatis. Biasanya orang latah dipengaruhi untuk bertindak sesuatu yang aneh, menggelikan, atau bersinggungan dengan ekspresi seksual seperti yang bisa disaksikan dalam video kompilasi latah ini.

Sebagian peneliti berteori bahwa penderita latah ada hubungannya dengan traumatik masa silam dan tekanan masalah seksual, sementara sebagian lainnya mengemukakan tentang alam pikiran seseorang yang terjebak dalam ruang bawah sadar sehingga bisa dengan liarnya terlontar jika ada pemicu. Psikolog Rinrin R. Khaltarina menyebutkan ada tiga penyebab latah dan empat variasi bentuk latah.

Saya sendiri memiliki pendekatan yang lebih sederhana: latah tidak dapat disebut sebagai penyakit serius karena umumnya tidak lebih dari sebuah efek self-hypnosis dimana seseorang memprogram dirinya sendiri untuk bersikap latah untuk keuntungan tertentu. Kurang lebih efek yang sama seperti pertunjukan hipnosis panggung yang dilakukan oleh Romy Rafael dkk.

Jika Anda masih belum mengerti, baiklah saya persingkat: awalnya seseorang hanya iseng meniru gaya latah, lalu ternyata menikmati perhatian yang ia dapatkan dan akhirnya terus-menerus menjadikan akting itu sebagai habit yang sesungguhnya.

Tidak percaya? Silakan saja berpura-pura latah selama satu hari penuh di lingkungan Anda… dan jangan terkejut jika di hari berikutnya Anda memiliki dorongan-dorongan otomatis untuk menjadi latah!

Selain mengundang banyak perhatian orang (dan jadi pusat perhatian itu rasanya nikmat sekali!), latah juga menjadi sebuah ‘kartu ijin’ untuk menantang arus dan melanggar norma, layaknya James Bond yang memiliki ‘ijin untuk membunuh’. Semua tindakan dan ucapan buruk yang dilakukan oleh sewaktu latah akan langsung dimaklumi karena orang-orang menganggapnya tidak sadarkan diri atau bahkan menderita penyakit latah. Dia bebas seenaknya mengucapkan kata-kata ofensif, bertindak bodoh dan gila tanpa perlu takut dicap kasar, bodoh, dan gila.

Latah membuat para ‘penderitanya’ mendapatkan sorot perhatian, perlakuan khusus dan superioritas dibandingkan orang-orang lain di sekitarnya. Jadi sekalipun terlihat tersiksa seperti dalam video ini, mereka sebenarnya menikmati momen-momen tersebut. Sama seperti mudah sekali untuk menjangkiti tubuh dengan ‘penyakit’ latah, mudah sekali juga untuk menyembuhkan diri. Permasalahannya, sedikit yang bersedia menghentikan kecanduan tersebut.

Latah menular diusia lajang, makin tua susah sembuh

Waspadalah dengan latah? Mengeluarkan suatu kata secara spontan dan berulang pada saat ia terkejut. Bagi yang tidak terbiasa, tentu akan geli. Namun bagi sebagian kalangan, kebiasaan yang banyak menyerang kaum wanita ini justru dijadikan hiburan ringan.

Psikiater dr Didi Aryono Budiyono SpKJ Dosen Unair mengatakan, latah tergolong penyakit kejiwaan yang dipengaruhi budaya. Singkatnya, latah merupakan gangguan culture bond atau terikat dengan sistem budaya tertentu. Yakni semacam gangguan fungsi pusat saraf, psikologis dan sosial. Kondisi ini bersifat hipersensitif terhadap kejutan mendadak yang diikuti ucapan kata secara otomatis dan spontan.

Ada empat macam latah yang bisa dilihat berdasarkan gejalanya. Ekolalia, yakni mengulangi perkataan orang lain, ekopraksia meniru gerakan orang lain, koprolalia yakni mengucapkan kata-kata yang dianggap tabu atau kotor, dan automatic obedience yakni melaksanakan perintah secara spontan saat terkejut. Misalnya, ketika penderita dikejutkan dengan perintah ’sujud’ atau ‘peluk’, maka ia segera melakukan perintah itu.

Entah kenapa, banyak penelitian menyebutkan gangguan latah banyak dialami kaum wanita usia lanjut yang masih melajang. Meski demikian, terjadi pergeseran latah juga dijumpai di kalangan muda yang masih melajang.

Kata yang sering ‘dikeluarkan’ umumnya (maaf) kata jorok terkait perilaku seksual. Menurut Didi, penyebab latah dari golongan semacam ini tak lepas dari pemaknaan simbol-simbol seks. Simbol-simbol yang dipilih umumnya simbol dambaan yang akhirnya tanpa sadar meresap ke alam bawah sadar dan dibentuk kultur ringan tangan atau mudah menolong (helper).

Beberapa penelitian menyebutkan, gangguan latah lazim tumbuh dalam masyarakat terbelakang yang menerapkan budaya otoriter. Teori kuno, penderita latah biasanya orang tua, perempuan, berpendidikan rendah, dan berasal kelas ekonomi bawah.

Namun, teori itu tak sepenuhnya tepat mengingat kini banyak remaja mengidap latah. Penderita latah pria pun ada meski jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan perempuan. Ada tiga penyebab latah. Sbb:


- Pertama, faktor pemberontakan. Dalam kondisi latah, seseorang bisa mengucapkan hal-hal yang dilarang, tanpa merasa salah. Gejala ini semacam gangguan tingkah laku. Lebih ke arah obsesif karena ada dorongan tidak terkendali untuk mengatakan atau melakukan sesuatu.
- Kedua, faktor kecemasan. Gejala latah muncul karena yang bersangkutan memiliki kecemasan terhadap sesuatu tanpa ia sadari. Rata-rata, dalam kehidupan pengidap latah, selalu terdapat tokoh otoriter, bisa ayah atau ibu atau di luar lingkungan keluarga. Latah dianggap jalan pemberontakannya terhadap dominan orangtua yang sangat menekan.
- Ketiga, faktor pengondisian. Inilah yang sering disebut latah gara-gara ketularan. Seseorang mengidap latah karena dikondisikan lingkungan, misalnya gara-gara latah, seseorang merasa diperhatikan lingkungannya. Dengan begitu, latah juga merupakan upaya mencari perhatian. Latah semacam ini disebut latah gaul.

“Latah bisa disembuhkan jika penderita latah itu masih remaja. Kalau sudah mengakar bertahun-tahun dan ia sudah lanjut usia, maka latah cenderung sulit disembuhkan,” ungkap dr Didi Aryono Budiyono SpKJ. Terapi obat dan terapi perilaku (kognitif) adalah cara yang lazim dipakai mengatasi latah. Yakni dengan diberikan stimulasi mengejutkan namun dibekali pengendalian respons terhadap stimulan tersebut. Penderita latah dilatih untuk tidak segera merespons dan diberikan waktu untuk berpikir setelah stimulasi kejutan itu.

Latah hanya bisa sembuh jika ada dukungan dari keluarga dan lingkungan. Meski menjalani terapi berkali-kali, jika tidak didukung lingkungan dekatnya akan sia-sia. Penderita juga harus punya kemauan keras untuk sembuh. Latihan relaksasi, meditasi, konsentrasi secara rutin, serta menjauhkan diri dari penyebab stres juga disarankan untuk penderita ini. Sementara untuk terapi obat biasanya diberikan obat menghambat stimulus. Berupa gabungan zat antidepresan dan penenang.

Bagi temen temen yang lingkungannya terdapat orang yang menderita ini mohon memberikan penjelasan tentang artikel ini….

Salam revolusi cinta,

Mengapa Manusia Mengantuk?

Ilmuwan sudah tahu mengapa manusia butuh tidur. Tapi ilmuwan masih garuk kepala bagaimana otak memutuskan kapan manusia butuh tidur. Penelitian terbaru bisa memberikan petunjuk mengenai hal itu.

Sebuah penelitian terbaru pada tikus mendapatkan sel otak yang disebut astrocyte sebagai bahan pendorong untuk tidur dengan mengeluarkan adenosine. Zat itu merupakan bahan kimia yang menimbulkan efek mengantuk dan bisa dikurangi dengan kafein.

Makin lama manusia atau binatang terjaga, makin besar rasa kantuk. Hal ini disebut tekanan untuk tidur. Penelitian mendapati adenosine sebagai pemicu tekanan untuk tidur. Bahan kimia ini terkumpul selama jam terjaga, yang membantu menstimulasi pola unik di aktivitas otak yang terjadi selama tidur.

“Adenosine dari astrocyte jelas penting dalam menyebabkan tekanan tidur,” kata anggota tim Michael Halassa dari Tufts University School of Medicine di Boston.

Penelitian ini merupakan pertama kali sel non syaraf di otak menunjukkan pengaruh, kata Halassa. Beda dengan neuron, astrocyte tidak memicu tekanan elektrik.

“Penelitian ini dapat untuk memproduksi obat yang lebih baik untuk mendorong rasa mengantuk jika dibutuhkan dan mencegah rasa kantuk jika berbahaya,” kata Merrill Mitler dari National Institute of Neurological Disorders and Stroke


"Allah (1) Tidak ada Tuhan yang berhak disembah 
melainkan Dia (2) Yang Maha Hidup (3) Kekal, (Tuhan) 
Tuhan yang terus menerus mengurus (4) (makhluk-Nya). 
Dia (5) tidak mengantuk dan tidak tidur. 
Kepunyaan-Nya (6) apa yang ada di langit dan apa yang 
ada di bumi; Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi 
Allah (7) tanpa izin-Nya (8). Allah (9) mengetahui 
apa-apa yang dihadapan mereka dan dibelakang mereka, 
dan mereka tidak mengetahui sesuatu dari ilmu Allah 
(10), melainkan apa yang dikehendaki-nya (11). 
Kursi (pengetahuan/kekuasaan)-Nya (12) meliputi 
langit dan bumi. Allah (13) tidak merasa berat 
memelihara keduanya dan Allah (14) Maha Tinggi (15) 
lagi Maha Besar (16)
( ayat kursyi ) 

Kamis, 24 Juni 2010

Raga Sukma

Anda mungkin pernah mendengar cerita seseorang berilmu tinggi, yang mampu mengunjungi familinya hanya dengan berkonsentrasi. Atau, Anda mungkin pernah menonton film yang berkisah tentang seorang pendekar yang bertarung dari jarak jauh dengan “tubuh halus”-nya dengan pendekar yang menjadi lawannya. Hal semacam itu merupakan ciri dari seorang yang memiliki Ilmu Meraga Sukma, yang memang dapat dipergunakan untuk melepas sukmanya tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Ilmu Meraga Sukma, atau banyak juga orang mengiistilahkanya sebagai Astral Projection (Proyeksi Astral,) Lepas Sukma, Pangaracutan, Proyeksi Mental, OOB (Out of Body Experience,) bahkan Time Travle, adalah suatu proses pelepasan sukma dari raga untuk melakukan perjalanan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Proses ini bila sempurna maka semua rasa panca indera pelakunya dibawa keluar, sehingga sukmanya mampu mendengar, merasakan, melihat dan meraba lingkungan sekitarnya dengan sukma itu sendiri secara nyata.

Apakah meraga sukma diperbolehkan dalam syariat Islam? Marilah kita baca firman Allah SWT ini, “Seluruh jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya, melainkan dengan kekuatan.” (QS. Ar Rahman:33).

Penjelasannya bahwa Allah Azza Wa Jalla telah memberikan suatu fasilitas dalam tubuh manusia untuk melakukan perjalanan ke penjuru langit dan bumi secara fisik (teknologi: ilmu pengetahuan) dan non fisik (energi: sukma) jika memang manusia itu memiliki kekuatan atau kemampuan.

Perlu diketahui, proses meraga sukma sesunggunya tidak melepas roh, tetapi hanya memproyeksikan energi pikiran yang disebut sukma. Kalau kita melepas roh bisa menyebabkan kematian. Sebab itu orang yang meraga sukma bisa menarik kembali energi pikiran yang melanglang buana sehingga dapat hidup kembali. Energi pikiran atau sukma ini secara otomatis akan kembali ke raga dalam kondisi tertentu, misalnya saja karena kaget, tertindih energi lain, dan sebagainya.

Sukma atau jiwa adalah kemampuan manusia yang bersifat kasat mata, gaib, atau metafisika. Sedangkan sukma atau jiwa ini sangatlah kompleks yang terdiri dari beberapa sub-sub penyusun.

Salah satu dari sub-sub tersebut adalah kemampuan Bawah Sadar atau orang ada yang menyebutnya ESP (Extra Sensory Perception), atau juga disebut Indera Keenam. Kemampuan Bawah Sadar inipun sebenernya kompleks juga. Hanya yang pasti, kesemuanya ini jelas merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap manusia, sejak dia lahir dengan sifatnya yang khas.

Sifat khas dari kemampuan Indera Keenam ini adalah kemampuan sensoriknya yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dengan sifat uniknya ini maka Indera Keenam mampu melakukan aktivitas “antar dimensi” atau Transdimensi.

Juga mungkin difahami secara sederhana, apa yang disebut sukma atau jiwa ini dapat dianalogikan sebagai perangkat lunak (software) pada komputer. Kita tahu bahwa software sendiri terbagi dalam beberapa klasifikasi sesuai kebutuhan penggunanya.

Jika dalam software komputer dikenal yang namanya Operating System sebagai basis kegiatan seluruh aktivitas komputer maka, dalam jiwa atau sukma kita pun ada komponen yang berfungsi sebagai basis kegiatan seluruh aktivitas hidup kita yang dalam bahasa Qur’an disebut sebagai QALBU

Jadi sebenarnya kegiatan melepas sukma bukan membuat tubuh kita menjadi kosong tanpa ada roh yang mengisinya. Mengapa? Karena sebenarnya kita bukan “MELEPASKAN” sukma tapi mendayagunakan kemampuan Extra Sensorik kita untuk melakukan penjelajahan antar dimensi

Proses melepas sukma hanya memanfaatkan kemanpuan otak yang kompleks. Tidak seperti yang diperkirakan orang yang menyangka melepas sukma adalah berupa sinar dan saudara empat lima pancer. Hal ini jauh dari kenyataan yang sesungguhnya.

Otak manusia adalah suatu organ tubuh yang sangat luar biasa dan teramat kompleks. Seperti kita ketahui otak manusia terbagi-bagi menjadi banyak sekali bagian yang masing-masing mengatur suatu fungsi sistem tubuh manusia, seperti ada yang khusus mengatur syaraf sensorik, lalu ada yang mengatur khusus untuk syaraf motorik, dan lain-lain. Dan salah satu fungsi penting di dalam otak, ada suatu bagian otak yang mempunyai tugas sebagai “pengawas”, yaitu mengawasi seluruh kerja tubuh kita sehingga berjalan dengan semestinya. Nah, bagian otak ini terus-menerus bekerja walau kita tertidur pulas. Buktinya adalah walau kita tidur pulas sekali, bagian tubuh seperti jantung terus memompa darah dari dan ke seluruh tubuh, atau paru-paru yang terus menghisap oksigen dan melepas CO2, dan lain-lain. Tanpa bagian otak ini tubuh kita akan tidak dapat berfungsi ketika kita tidur sehingga akibatnya kita bisa mati, karena kegagalan fungsi tubuh.

Salah satu bagian otak yang penting lainnya adalah suatu bagian otak yang bertugas untuk menganalisis setiap pesan sensorik yang diterima tubuh lalu dikirim dalam bentuk neurotransmitter ke otak, seperti dari mata, sehingga kita bisa melihat, dari kulit sehingga kita bisa merasai sakit ketika kita tertusuk duri, dari telinga sehingga kita bisa mendengar, dan lain sebagainya. Bagian otak ini sangat penting bagi manusia karena jika bagian otak ini tidak berfungsi dengan baik maka kita tidak akan bisa melihat, mendengar, merasakan, membaui, dan lain-lain. Walaupun mata, telinga, kulit, dan hidung kita normal tidak ada yang rusak sama sekali, namun jika bagian otak tadi rusak maka tidak akan ada artinya sama sekali.

Jika kita bisa memfungsikan dua bagian otak di atas secara maksimal, maka kita akan bisa melepas sukma. Caranya adalah kita harus bisa membuat kesadaran otak kita tetap terjaga, walau tubuh kita tertidur pulas sekali. Dengan menjaga kesadaran otak yang penuh ketika kita tidur, maka ketika kita tidak lagi merasakan tubuh (tidak bisa menggerakkan/ merasakan tubuh kita sama sekali tapi kita masih sadar sepenuhnya), maka pikiran kita ini bisa “melayang-layang” kemana-mana, pergi ke manapun yang kita mau dengan bebas seakan-akan kita sudah bangun.

Suatu hal penting yang perlu ditegaskan adalah kemampuan melepas sukma ini adalah murni kemampuan memanipulasikan kemampuan otak, bukan roh. Jadi kalau kita mengganggap melepas sukma adalah melepas nyawa atau roh, hal ini jelas sama tidak benar. Buktinya adalah kita masih bisa bebas balik lagi ke tubuh wadag kita, tanpa ada hal-hal yang aneh. Bayangkan, kalau roh tentu kita tidak bisa balik lagi ke tubuh wadagnya, kecuali atas izin Allah SWT dalam kasus yang yang spesifik dan langka sifatnya.

Orang yang ingin melepas sukma harus memiliki energi tubuh yang cukup besar supaya mampu melontarkan sukma ke luar raga, dan dipergunaskan untuk proses perjalanan luar tubuh. Orang itu harus mengetahui teknik melepas sukma untuk dilatih dengan disilpin dan kontinyu.

Sesungguhnya, apa yang disebut sebagai Ilmu Meraga Sukma hanya memanfaatkan pontesi otak untuk menproyeksikan dan melevitasikan pikiran untuk keluar tubuh. Prosesnya membutuhkan bantuan energi tubuh besar yang bisa dirangsang dengan motada pernafasan tertentu.

Perlu dikatahui, dalam penguasaan melepas sukma ini banyak sekali orang yang memakai metoda tirakat yang biasanya meminta bantuan jin. Metoda bantuan jin ini jelas tidak bisa dipertanggungjawabkan secara syariat Islam karena kita telah berkolaborasi dengan jin yang dilarang Allah untuk berhubungan dengan jin (Baca QS. Al-Jin:9).

Selain itu, metoda tirakat kolaborasi dengan jin jelas sekali memiliki efek-efek negatif secara medis. Sebagai contoh, si jin hanya membantu menproyeksikan dan melevitasikan pikiran keluar tubuh dengan merekayasa sistem syaraf otak kita, sehingga potensial bisa mengganggu sistem syaraf kita jika saja kita tidak kuat dan sungguh-sungguh telah siap.

Metoda teraman dan terefektik adalah dengan memanfaat pontesi tubuh manusia sendiri, yakni hanya dengan meningkatkan kapasitas energi tubuh supaya mampu menlontarkan sukma keluar tubuh, dan melakukan proses perjalanan luar tubuh. Tentunya membutuhkan latihan yang intensif dengan jangka waktu tertentu.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...