Bab I
MEMAHAMI CARA KERJA OTAK
Pernahkah Anda mengalami “bencana” yang datang beruntun dalam satu hari. Sebagai contoh, ketika Anda harus memberikan presentasi penting bagi kemajuan karier, tiba-tiba datang telepon dari rumah yang mengabarkan bahwa anak Anda yang masih kecil dilarikan ke rumah sakit karena mendadak badannya panas tinggi.
Lalu ketika berusaha menenangkan diri dengan meneguk secangkir kopi, tanpa sengaja tangan tersenggol pinggiran meja sehingga sebagian kopi tumpah ke baju.
Bisa juga saat itu Anda sedang berkonsentrasi penuh karena sedang menghadapi deadline pekerjaan. Tiba-tiba datang teman atau kerabat yang butuh pertolongan segera, atau ada berita menyedihkan yang datang dari orang yang paling kita sayangi. Tapi mungkin juga, kita memang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang “berbakat” mengubah suasana kerja atau suasana rumah menjadi tidak menyenangkan.
Di saat muncul banyak masalah, baik di kantor maupun di rumah, kita cenderung bereaksi dengan panik dan memunculkan emosi negatif. Padahal kepanikan justru membuat kita semakin sulit berkonsentrasi. Jika konsentrasi buyar, kita menjadi semakin cemas.
Apa yang bisa dilakukan dalam kondisi demikian? Sebenarnya hal-hal semacam itu akan lebih mudah diatasi kalau kita memahami cara bekerjanya otak. Kita perlu memiliki ketrampilan mengendalikan gelombang otak yang bisa memudahkan kita menenangkan diri di saat panik.
Dengan memahami posisi gelombang otak, kita bisa mengatur mood sehingga selalu merasa bahagia, juga sukses dengan setiap hal yang kita lakukan.
Untuk mencapai kebahagiaan lewat kendali gelombang otak, kita bisa belajar dari anak-anak. Pernahkah Anda memperhatikan anak-anak ketika sedang bermain dengan teman-temannya? Lihatlah betapa mudahnya mereka tertawa bahagia. Meskipun mungkin baru saja saling mencakar dan sama-sama menangis, tapi beberapa menit kemudian mereka seolah sudah melupakan tangisan dan sudah kembali bermain bersama dengan kompaknya.
Menurut Erbe Sentanu dari Katahani Institute, hal itu karena anak-anak masih mudah menyetel gelombang otaknya memasuki frekuensi alpha-theta. Frekuensi alpha-theta ini normalnya kita alami ketika sedang rileks, melamun dan berimajinasi. Berbeda dengan kondisi beta yang dominan ketika kita dalam kondisi sadar sepenuhnya dan lebih banyak menggunakan akal pikiran.
Memasuki frekuensi alpha-theta itu sebenarnya merupakan ketrampilan manusia yang alami. Namun, ketika mulai sekolah, kita dikondisikan menyetel gelombang otak yang dominan beta. Jadi, begitu menjadi orang dewasa , keterampilan memasuki kondisi alpha-theta itu hilang.
Apalagi tuntutan kehidupan modern membuat pikiran orang terfokus untuk bekerja keras demi tuntutan materi dan kehidupan yang konsumtif meskipun terpaksa mengurangi waktu tidur dan istirahat. Padahal saat tidur manusia seharusnya merasakan keempat frekuensi. Dari frekuensi beta di mana kita dalam kesadaran penuh, gelombang otak turun ke alpha ketika kedua mata tertutup, lalu masuk ke theta, dan akhirnya ke delta saat kita tertidur pulas tanpa mimpi. Karena waktu tidur kurang, maka kita cenderung kurang mengalami kondisi alpha-theta, akibatnya kita makin mudah stres.
Alfa-Theta, membuat tenang, bahagia dan kreatif. Kemampuan untuk secara temporer mengubah kesadaran diri satu frekuensi ke frekuensi yang lain adalah keterampilan yang sangat penting, karena efeknya akan membantu menyeimbangkan otak, hati, dan jiwa. Keterampilan itu membuat seseorang menjadi pandai membaca situasi dan pandai menempatkan diri dalam suasana apapun sehingga seolah-olah sellau berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat. Tentunya hal itu sangat penting untuk mendaki tangga kesuksesan dan mencapai kebahagiaan.
Ketika masalah berdatangan dan mulai merasa stres, itulah saat yang tepat untuk mulai rileks,menurunkan vibrasi otak dan memasuki frekuensi alpha-theta. Begitu juga ketika pekerjaan kita membutuhkan pikiran-pikiran kreatif. Memasuki kedua frekuensi itu akan membantu memunculkan inspirasi yang kita butuhkan.
Menarik lagi, kedua frekuensi tersebut juga merupakan pintu gerbang menuju pikiran bawah sadar yang dibutuhkan untuk melakukan self hypnosis, mendapatkan intuisi dan melakukan penyembuhan. Masalahnya bagaimana caranya memasuki frekuensi alpha-theta dengan cepat?
Sebenarnya usaha untuk memasuki level alpha-theta secara sadar telah dilakukan orang sejak lama, yaitu dengan kebiasaan berdzikir yang membuat doa makin khusyuk, latihan-latihan meditasi, yoga, atau taichi.
Latihan-latihan itu bisa sangat membantu meningkatkan kemampuan kita untuk mengubah kesadaran otak. Para penyembuh yang menggunakan energi dan tenaga dalam, karena tuntutan pekerjaannya umumnya telah menuai ketrampilan ini secara otomatis.
Menurut Erbe Sentanu, selain cara-cara tersebut, otak juga bisa dilatih dengan teknologi audio yang disebutnya digital prayer. Teknologi berupa CD ini berisi bunyi-bunyian yang menimbulkan gelombang tertentu yang dengan mudah akan diterima otak.
Caranya yaitu dengan melakukan entertainment. Yaitu istilah yang digunakan untuk melatih belahan otak kiri dan otak kanan agar mau bekerja sama dengan baik. Otak dengan tingkat kerjasama yang tinggi, umumnya akan membuat orang melihat kehidupan dengan lebih objektif, tanpa ketakitan dan kecemasan.
Selain lebih mudah memasuki kondisi khusuk atau rileks yang dalam, juga memiliki kemampuan memfokuskan konsentrasi yang lebih baik. Selain itu karena kondisinya lebih sinkron dan seirama, otak akan mengeluarkan senyawa kimia penyebab rasa nyaman dan nikmat dalam jumlah besar sehingga terjadi relaksasi secara alami. Nampaknya mereka yang tidak terbiasa dengan latihan-latihan meditasi, yoga, tai chi, dan lainnya cara ini bisa membantu.
Bab 2
MEREKAYASA GELOMBANG OTAK
Kemampuan manusia ternyata sungguh hebat, termasuk juga kemampuan untuk merekayasa gelombang otaknya. Ini berarti manusia memiliki hak untuk mengatur bagaimana dia bisa bahagia, sedih, stress dan juga mengatur otaknya agar memiliki kemampuan super.
Salah satu rekayasa otak yang kini sedang dipopolerkan di Jakarta adalah MindGym. Konon, menurut pendirinya, inilah pusat kebugaran otak satu-satunya di Indonesia, bahkan mungkin dunia. Di tempat ini tersedia berbagai macam sarana modern sebagai penunjangnya.
MindGym nama tempat itu. Ia serupa tapi tak sama dengan sport center atau fitness center. Bedanya, yang satu tempat untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran pikiran, yang lain untuk kebugaran jasmani.
Lalu apa bedanya dengan spa yang juga biasa disediakan oleh hotel-hotel besar? “Spa itu merupakan health club dengan tujuan membuat tubuh langsing. Di sana orang berdiet, menjaga kesehatan, dan menghilangkan stres,” kata Api Surya Winata, pemilik sekaligus pengelola MindGym di Hotel Kebayoran, Kebayoran Baru, Jakarta.
Sedangkan MindGym, menurut dia, lebih merupakan tempat latihan untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran pikiran. Peralatan penunjang yang tersedia di tempat itu menjadi lain pula. Ada lebih dari 10 macam alat, di antaranya VibraSound Table, FloatTank, OxygenBar, kursi dan ranjang goyang IMS, dan kursi pijat. Beberapa dari peralatan era abad XXI yang disebut mind machine itu didatangkan dari Amerika Serikat, Belgia, Australia, dan Jerman. Produk dalam negeri juga ada, misalnya kursi pijat. “Dengan berbagai peralatan tersebut, kemampuan atau daya pikir, kreativitas, bisa ditingkatkan,” kata Surya Winata.
Konon, pusat kebugaran pikiran MindGym tersebut merupakan satu-satunya di Indonesia, bahkan mungkin di dunia. “Di Amerika sendiri tidak ada MindGym, yang ada float station center. Sarana yang ada cuma FloatTank. Di sebuah hotel di Singapura dan Thailand juga cuma terdapat satu FloatTank. Sementara MindGym di Hotel Kebayoran, Jakarta, memiliki tiga FloatTank plus beberapa alat penunjang lain,” kata Surya Winata.
Daya pikir maupun kreativitas dipengaruhi oleh perkembangan harmonis antara belahan otak kiri (yang bertanggung jawab atas daya pikir logis) dan otak kanan (yang bertanggung jawab atas daya imajinasi). Dalam hal ini, katanya, MindGym menyediakan sarana yang bisa mengembangkan kedua bagian otak.
Selain itu, tambah Surya Winata, pusat kebugaran pikiran ini juga bisa menciptakan “dunia” lain di luar rutinitas sehari-hari. Kejenuhan menghadapi rutinitas sehari-hari yang melahirkan stres bisa dihilangkan sehingga pikiran jadi tenang dan rileks.
“Jangan terpaku pada alunan musiknya, tetapi rasakan getaran yang ditimbulkan. Nikmati dengan rileks,” kata Api Surya Winata ketika kami mencoba peralatan yang disebut VibraSound Table di MindGym.
Alat itu berupa ranjang dengan kasur air (water bed), tetapi bagian pinggirnya dikelilingi ruang berudara. Di bagian bawah ranjang dipasang empat buah perangkat pengeras suara yang mengalunkan musik. Sembari leyeh-leyeh mendengarkan musik, orang yang berbaring di atas VibraSound merasa seolah-olah seluruh tubuhnya dipijat. Efek getaran (vibrasi) khusus yang dirasakan seperti pijatan itu akibat suara musik yang merambat dan menggetarkan media air dalam kasur air.
“Seluruh tubuh serasa dipijat secara serentak. Badan merasa rileks dan gampang tidur. Karena itu alat ini baik bagi penderita insomnia. Dengan berbaring di atasnya, orang yang susah tidur menjadi cepat pulas dan bermimpi,” jelas Surya Winata. Makanya, tidak salah kalau alat itu juga dijuluki dream machine.
Efek getaran itu, menurut Surya Winata, ibaratnya sampai menembus tulang sumsum karena menjadikan tubuh mencapai suasana rileks yang sempurna dan total. “Dalam kondisi rileks, stres akan hilang dengan sendirinya. Otak pun menjadi lebih sehat dan daya pikir menjadi lebih jernih dan tambah kreatif.”
Ada juga peralatan yang fungsinya senada dengan VibraSound alias “ranjang getar”, hanya saja bentuknya berupa kursi dan ranjang. Istilahnya kursi dan ranjang Integrative Motion System (IMS). “Kursi dan ranjang IMS itu dapat mengintegrasikan belahan otak kiri dan otak kanan sehingga bisa bekerja lebih harmonis,” ujar Surya Winata.
Begitu diaktifkan, kursi dan ranjang IMS akan memberikan efek getaran dan goyangan lembut beraturan, mengikuti gerak irama musik tertentu. Namun goyangan itu tidak membuat pusing atau mabuk (motion sickness) seperti kalau naik kendaraan darat, laut, atau udara. Sebaliknya, justru memperlancar peredaran darah. “Aliran darah terasa melaju sampai ke ujung-ujung jari, bahkan sampai ke otak. Dengan begitu otak memperoleh pasokan oksigen lebih banyak,” jelasnya.
Seperti diketahui, oksigen sangat berguna dan penting bagi kehidupan otak. Volume otak manusia memang hanya sekitar 2% dari berat badan, namun otak membutuhkan oksigen sebanyak 25% dari seluruh O2 yang masuk ke dalam tubuh. Dengan menggunakan perangkat itu, O2 akan lebih banyak mengalir ke otak. Jadi, lanjutnya, kursi dan ranjang getar IMS berfungsi memacu dan melancarkan aliran darah untuk membawa O2 ke seluruh tubuh secara sempurna.
Pasokan oksigen yang cukup menjadikan otak lebih sehat. “Otak yang lebih sehat mampu berpikir lebih sempurna dan lebih kreatif. Otak kiri dan otak kanan lebih harmonis. Makanya, alat itu sering disebut mind machine.”
VibraSound Table maupun kursi dan ranjang IMS sama-sama memberikan sensasi yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Sensasi itu, kata Surya Winata, muncul gara-gara adanya endorphin dalam tubuh – suatu hormon yang menimbulkan perasaan senang. “Tubuh merupakan electrical unit dan juga kumpulan getaran. Jadi, tubuh juga akan merasakan ‘senang’ kalau menerima getaran yang sesuai,” ujarnya.
MindGym juga menyediakan sarana untuk “mengapung” (floating) di atas permukaan air atau di atas kasur air. Kalau ingin mengapung di permukaan air, bisa dicoba FloatTank. Alat yang menjadi primadona MindGym ini menyerupai bak mandi di dalam ruang kedap suara, tanpa cahaya, dan bebas dari pengaruh gravitasi bumi.
FloatTank berisi larutan air garam khusus dengan berat jenis (BJ) 1,3. Dengan demikian tubuh manusia yang berat jenisnya 1 tidak akan tenggelam, tetapi mengapung di permukaannya. “Badan seakan-akan kehilangan bobot. Pada kondisi demikian, otak terbebas dari beban balancing,” kata Api Surya Winata. Dalam keadaan biasa 85% fungsi otak terganggu oleh keinginan untuk melakukan penyeimbangan (balancing).
Menurut seorang dokter dari AS, demikian Surya Winata, kalau tidak dibebani balancing, otak akan mampu bekerja lebih sempurna. FloatTank, katanya, merupakan salah satu cara untuk bisa mencapai kondisi otak tanpa beban demikian.
Pada saat mengapung selama beberapa menit di dalam FloatTank, tubuh serasa mengikuti aliran kosmik. “Dengan begitu gelombang otak (brainwave) akan mudah berubah dari gelombang beta menjadi alfa, kemudian theta, dan akhirnya mencapai gelombang delta – kondisi yang menjadikan gampang tidur,” jelas Surya Winata. Makanya, FloatTank dijuluki instant yoga. Selain mengoptimalkan kemampuan otak dan meningkatkan kreativitas otak, FloatTank juga menjadi sarana untuk mencapai top performance level atau kondisi puncak penampilan.
Kalau enggan berbasah-basah, bisa mencoba DryFloat. Sarana ini berupa kasur air (water bed) yang memungkinkan seseorang “mengapung” tapi badan tetap kering. Badan dibiarkan berbaring rileks di atas kasur air, dan kemudian diputarkan musik bersuasana suara unsur-unsur alam. Ada suara angin, jangkrik, kodok, deburan ombak, gemericik air terjun, dsb.
“Alunan musik suara alam (back to nature music) membawa otak manusia ke suasana yang benar-benar rileks. Tidak ada tekanan atau beban lagi. Otak menjadi lebih sehat dan pikiran pun jernih sehingga mampu memecahkan berbagai macam problem,” tutur Surya Winata.
Konon, bersantai di DryFloat sambil menikmati alunan musik suara alam juga bisa melahirkan ilham. Makanya, DryFloat juga disebut ThinkWell. “Tempat untuk menggali ide atau gagasan yang berguna. Di sana otak bisa berpikir dengan baik. Untuk memperoleh ide yang luar biasa, otak mesti dalam suasana tenang. Otak yang lelah tidak mungkin dipaksa terus bekerja dan berkreasi. Ia perlu istirahat; bebas dari tekanan,” tuturnya.
Menurut Surya Winata, FloatTank, juga dapat mempercantik kulit. “Dengan floating, wanita akan tampak lebih cantik dan lebih muda. Ada dasar ilmiahnya. Stres hilang, otot-otot di bagian wajah pun menjadi lebih rileks. Jadi, selain otak encer, tampilan luar pun tambah cantik,” katanya.
Kalau ingin tampak makin segar lagi bisa mencoba OxygenBar. Bar menyediakan oksigen murni 85% yang disalurkan dari tabung oksigen ke bola kaca. “Dengan mengirup oksigen murni lewat globe kaca itu selama 15 menit, tubuh menjadi lebih segar,” ujar Surya Winata sembari menambahkan, bar semacam ini cukup populer di Jepang.
Kalau Anda ingin mengenali jati diri atau bermeditasi, di arena MindGym juga tersedia sarana penunjang yang dinamai MirrorChamber. Ia berupa sebuah ruang khusus berbentuk kubus dan berdinding kaca cermin. Di dalamnya terdapat genta yang bila dibunyikan akan menimbulkan efek getaran (gelombang) suara dengan frekuensi tertentu.
Getaran itu akan mempercepat pikiran mencapai suasana hening. Hanya dengan duduk bersila di dalam MirrorChamber, efek getaran suara genta akan cepat membawa ke suasana meditasi. Getaran gelombang beta akan cepat masuk ke gelombang alfa, gelombang theta, dan akhirnya sampai gelombang delta.
Gelombang theta, menurut Surya Winata, merupakan gelombang otak (brainwave) paling kreatif. Sayang sekali jarang yang bisa berlama-lama berada pada gelombang ini. Sebab, begitu berada pada gelombang theta, sebentar kemudian segera terseret masuk ke alam tidur (gelombang delta). Kalau bisa tetap berada pada gelombang theta (antara alam tidur dan melek), itu saat yang paling kreatif.
Suasana meditasi juga bisa dirasakan ketika duduk bersemedi di bawah PyramidPower. Sarana berupa bidang piramida ini juga cepat membawa ke “dunia” atau dimensi lain. MirrorChamber dan PyramidPower sebenarnya merupakan jembatan menuju ke suasana spiritual sehingga keduanya juga disebut sarana instant yoga.
“MirrorChamber dan PyramidPower akan membawa kita keluar dari dimensi ruang dan waktu, kemudian masuk ke dimensi lain. Keduanya sebagai sarana untuk lepas dari suasana duniawi,” kata Noerhadi, konsultan supranatural Hotel Kebayoran. “Pikiran yang ruwet dan gelisah pun akan menjadi tenang. Hening.”
Untuk mencapai ketenangan, cukup dengan duduk bersimpuh di bawah bidang PyramidPower. “Tarik napas perlahan sampai tak terasa bernapas lagi. Kemudian, blek orang itu pun tertidur pulas,” tutur Noerhadi.
Kedua sarana meditasi itu, menurut Surya Winata, akan membantu otak bekerja lebih tenang. Otak kiri dan otak kanan lebih menyatu dan harmonis.
Saat ini MindGym baru diminati kalangan tertentu, terutama para ilmuwan luar negeri, staf kedutaan besar, dan pengunjung hotel. Pusat kebugaran pikiran ini dibuka pagi, siang, dan sore. Mulai pukul 06.00 – 23.00 WIB.
“Tarifnya AS $ 20 – 50 per 45 menit. Bagi pengunjung hotel ada korting 50%,” kata Api Surya Winata, pendiri “MindGym” sekaligus general manajer Hotel Kebayoran. “Lama terapi setiap alat idealnya 45 menit. Tapi ada juga yang karena keenakan sampai berjam-jam.”
Pengunjung MindGym tidak harus menggunakan semua peralatan yang ada. Ibarat masuk ke restoran, mereka dipersilakan memesan menu makanan sesuai selera dan kemampuan perut. Demikian pula di arena MindGym mereka bebas mencoba sarana yang tersedia. Pilih mana yang disukai dan dianggap paling cocok. Tapi boleh-boleh saja kalau ingin mencoba semua peralatan yang ada.
Meski jenis peralatan sudah cukup lengkap, menurut Api Surya Winata, pusat kebugaran pikiran MindGym ini belum dibuka secara resmi. “Masih menunggu saat yang tepat,” katanya.
Sebagaimana telah dipaparkan di atas, bahwa berdasarkan pemeriksaan dilaboratium, rumah sakit, atau pusat2 penelititan fungsi otak manusia, di Amerika, Eropah bahkan di Asia, bahwa otak (pusat syaraf) manusia, dapat diperiksa, dimonitor bahkan dapat direkam mempergunakan peralatan, yang disebut EEG atau electroencephalogram dan juga BRAIN MAPPING.
Perbedaannya adalah bahwa Brain Mapping hanya memeriksa secara FISIK , gangguan, kerusakan atau kecacatan otak (pusat syaraf) tersebut, misalkan “tumor (kanker) otak, pecahnya pembulu darah otak (struck), benturan pada kepala dan seterusnya.”
Sedangkan EEG (electroencephalogram) , yang diperiksa, dimonitor dan direkam adalah GETARAN, frekwensi, sinyal atau GELOMBANG otaknya, yang kemudian di-“klasifikasi” kan kedalam beberapa kondisi kesadaran, bawah sadar, keadaan tidur atau mimpi dan seterusnya
Getaran atau frekwensi adalah jumlah pulsa (impuls) perdetik dengan satuan hz (khz atau Mhz), contoh frekwensi jala-jala listrik PLN untuk perumahan di-Indonesia adalah (50 Hz) pada tegangan 220/380 Volt AC.
Berdasarkan riset selama bertahun tahun, terutama di-Amerika, Eropah dan juga di Asia bahwa getaran/frekwensi otak (pusat syaraf) pada manusia, berbeda untuk setiap fase ( sadar, tidur ringan, tidur lelap/nyenyak, kesurupan/trance, panik ), sehingga beberapa ahli (dokter) dalam bidang kejiwaan/psikiater, ( neurophysiologic ) dan dokter syaraf membuat suatu komitmen dan perjanjian sebagai berikut :
Getaran/Frekwensi :
• Gamma 16 Hz ~ 100 Hz
• Beta > 12 Hz
• SMR (SensoriMotor Rhythm) 12 Hz ~ 16 Hz
• Alpha ( Berger ‘s wave) 8 Hz ~ 12 Hz
• Theta 4 Hz ~ 8 Hz
• Delta 0.5 Hz ~ 4 Hz
Sebenarnya keseluruhan frekwensi tersebut bergabung secara acak (berinterferensi), namun dengan EEG, frekwensi gelombang ini dapat dianalisa dan diuraikan satu persatu dengan catatan bahwa pada saat diukur, frekwensi mana yang paling dominan, serta memiliki amplitudo tertinggi, itulah yang dianggap dan berada pada fase tersebut, apakah fase Beta, Alpha, Theta atau Delta dan seterusnya
Amplitudonya diukur dan berkisar antara 1 ~ 50 uVolt (microVolt), sedangkan arus listriknya tidak diperhitungkan.
GAMMA wave ( 16 hz ~ 100 hz )
Adalah getaran pusat syaraf (otak) yang terjadi pada saat seseorang mengalami “ aktifitas mental yang sangat tinggi”, misalnya sedang berada di arena pertandingan, perebutan kejuaraan, tampil dimuka umum, sangat panik, ketakutan, “nerveus”, kondisi ini dalam kesadaran penuh.
Gamma wave – EEG scan
Berdasarkan penyelidikan Dr. Jeffrey. D. Thompson. D.C.B.F.A (Center for acoustic research) di atas gamma sebenarnya masih ada lagi yaitu gelombang Hypergamma ( tepat 100 Hz ) dan gelombang Lambda (tepat 200 Hz), akan berpengaruh pada kemampuan SUPRANATURAL, METAFISIKA dan LEVITASI.
BETA wave ( diatas 12 hz atau dari 12 hz s/d 19 hz )
Adalah getaran pusat syaraf (otak) yang terjadi pada saat seseorang mengalami “ aktifitas mental yang sadar penuh dan normal “ aktif, konsentrasi penuh dan dapat dibagi pula menjadi 3 kelompok, yaitu highbeta ( 19 Hz + ) yang overlap/transisi dengan getaran gamma , lalu getaran beta ( 15 hz ~ 18 hz ), juga overlap/transisi dengan getaran gamma, selanjutnya lowbeta (12 hz ~ 15 hz).
Beta wave – EEG scan
SMR wave atau SensoriMotor Rhytm ( 12 hz ~ 16 hz )
SMR sebenarnya masih masuk kelompok getaran lowbeta, namun mendapatkan perhatian khusus dan juga baru dipelajari secara mendalam akhir2 ini oleh para ahli, karena penderita epilepsy , ADHD , ( Attention Deficit and Hyperactivity Disorder juga disebut ADD-Attention Deficit Disorder) dan autism tidak memiliki dan tidak mampu ber-“konsentrasi penuh” atau “fokus” pada suatu hal yang dianggap penting, dengan perkataan lain otak (pusat syaraf) sedikit bahkan tidak sama sekali menghasilkan getaran SMR .
Sehingga setiap pengobatan, baik jiwa maupun fisiknya, ditujukan agar merespon getaran SMR tersebut, biasanya diaktifkan dengan biofeedback/neurofeedback .
SMR / SensoriMotor Rhytm – EEG scan
ALPHA wave ( 8 hz ~ 12 hz )
Adalah gelombang pusat syaraf (otak) yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami “releksasi” atau mulai istirahat dengan tanda2 mata mulai menutup atau mulai mengantuk, atau suatu fase dari keadaan sadar menjadi tak sadar (atau bawah sadar), namun tetap sadar (walaupun kelopak mata tertutup), disinilah saat2 penting dimana seorang ahli hipnotis, mulai melakukan aktifitas hipnotisnya untuk memberikan sugesti kepada pasiennya sesuai perintah yang direncanakan kepada yang dihipnotis (objek)
Pada tahap permulaan MEDITASI (meditasi ringan) juga akan memasuki fase gelombang alpha.
Alpha wave – EEG scan
Frekwensi alpha 8 ~ 12 hz , merupakan frekwensi pengendali, penghubung dan melakukan aktifitas yang berpusat di-sel2 thalamic (electrical activity of thalamic pacemaker cells )
The thalamus (from Greek = bedroom, chamber) is a pair and symmetric part of the brain. It constitutes the main part of the diencephalon .
The diencephalon is the region of the brain that includes the thalamus , hypothalamus , epithalamus , prethalamus or subthalamus and pretectum . It is derived from the prosencephalon . The diencephalon is located at the midline of the brain, above the mesencephalon of the brain stem . The diencephalon contains the zona limitans intrathalamica as morphological boundary and signalling centre between the prethalamus and the thalamus.
Frekwensi alpha, 8 hz merupakan fase dan pintu masuk (gate-away) dari keadaan sadar menjadi tak sadar (bawah sadar) dan pintu masuk ke fase gelombang Theta ( 4 hz ~ 8 hz ), biasanya kondisi di tingkatan ini tidak berlangsung lama, dibanding dengan tingkatan lainnya ( gamma, beta, theta dan delta wave), namun merupakan bagian penting terutama bagi penderita ADHD , pada saat melakukan latihan-latihan dan pengobatan neurotherapy atau neurofeedback .
THETA wave ( 4 hz ~ 8 hz )
Adalah getaran pusat syaraf (otak) yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami “ keadaan tidak sadar atau tidur ringan ” atau sangat mengantuk , tanda2nya napas mulai melambat, dalam dan panjang, dibandingkan biasanya.
Jika dalam keadaan sadar (tidak tidur), kondisi ini masuk kefase atau dibawah pengaruh “trance”, kesurupan, hipnosis, MEDITASI DALAM, atau sedang menjalani ritual2 agama, atau mengalirnya tenaga psikologi (Prana/Yoga, Reiki, Chi, Chi Kung).
Dalam kondisi yang sadar (tidak tidur dan tidak dibawah pengaruh hipnotis, kesurupan atau epilepsi), seorang anak yang normal ( < 12 th) masih dapat memiliki getaran frekwensi theta, akan hilang sedikit demi sedikit setelah menjelang dewasa (kecuali pada saat menjelang tidur).
Seorang anak (terutama bayi dan balita), rata2 tidur lebih dari 12 jam setiap harinya, sehingga pada pusat syarafnya (otak) lebih banyak masuk dalam fase gelombang theta dan gelombang delta, ketimbang gelombang beta dan alpha, sehingga dalam kehidupan nyata sehari-harinya, lebih banyak cara berpikir yang tidak masuk akal (ber-angan2 atau seperti bermimpi walaupun dalam kondisi sadar) dan sedikit demi sedikit akan berubah setelah menjelang remaja/dewasa.
Berdasarkan penyelidikan para ahli, bahwa banyak terjadi kecelakaan pesawat udara, tabrakan, kebakaran, kecelakaan kapal laut, biasanya anak balita selamat (walaupun tidak selalu terjadi), ini dikarenakan anak2 mudah memasuk fase2 gelombang theta yang lama dan permanen, baik dalam keadaan tidur, maupun sadar, sehingga pada gelombang2 theta inilah terjadi mukjijat atau keajaiban, artinya ada tangan2 ajaib yang tak terlihat yang menolong anak2 ini dari kecelakaan.
Anak INDIGO ( anak super cerdas dan memiliki indra ke-enam / ESP /Extra sensory perception), juga termasuk yang mudah memasuki fase gelombang theta yang cukup lama dan dapat permanen.
Komunikasi dengan TUHAN juga akan terjadi apabila sebagai manusia biasa dapat memasuki fase gelombang theta (batas alpha – theta), misalnya pada saat kita berdoa, meditasi, melakukan ritual2 agama (apapun agamanya), sadar atau tidak sadar, mengerti atau tidak mengerti mengenai gelombang theta, apabila getaran otaknya diukur dengan EEG, maka dapat dipastikan bahwa pada saat itu sedang masuk difase gelombang theta (batas alpha-theta), sehingga bagi para ahli, akan berpendapat bahwa disetiap otak manusia ada terdapat yang disebut “GOD SPOT”
Sedangkan dalam kondisi tidur normal, seseorang pasti akan memasuki fase gelombang theta, walaupun hanya sebentar terutama secara periodik akan berpindah/bergeser ke-gelombang delta dan kembali ke theta berkali-kali diikuti getaran pelopak mata yang dikenal dengan REM ( rapid eyes movement ) dan Non REM atau NREM ( non rapid eyes movement ) selama tidur normal 7 ~ 8 jam perhari (lihat grafik dibawah), pada stage 1 dan 2 .
Schumann Resonance ( 7.83 Hz)
Schumann Resonance adalah getaran alam semesta pada frekwensi 7.83 Hz , yang juga masuk dalam kelompok gelombang theta, dianggap sebagai suatu keadaan mental seseorang yang apabila otak (pusat syaraf) nya mampu mengikuti resonansi ini akan masuk keadaan supranatural . ( ESP-extra sensory perception, hipnotis, telepati dan fenomena serta aktifitas mental lainnya)
Sedangkan Schumann resonance serta frekwensi diatasnya masuk kelompok frekwensi ELF (extremely low frequency pada bandwith 3 ~ 30 hz dan frekwensi infrasonic )
DELTA wave ( 0.5 hz ~ 4 hz )
Adalah getaran pusat syaraf (otak) yang memiliki amplitudo yang besar dan frekwensi yang rendah, biasanya < 3 hz, yang terjadi pada saat seseorang yang mengalami “ keadaan tidur sangat lelap” atau anak dibawah usia 13 th ketika dalam keadaan sadar penuh. Dalam keadaan normal, seorang dewasa yang sedang tidur pada malam hari (lihat grafik dibawah), pada stage 3 dan 4 , NREM bukan pada stage 1 dan 2.
Akhirnya berdasarkan penyelidikan para ahli, bahwa seseorang yang menderita atau gangguan otak (fisik, benturan otak, pendarahan otak dan koma), maka fase getaran yang terjadi akan didominasi oleh gelombang delta.
Diagram tingkatan tidur ringan dan tidur dalam
Penemuan baru dibidang frekwensi dan gelombang otak manusia oleh Dr. Jeffrey D. Thompson, D.C., B.F.A . ,dari Neuroacoustic research, bahwa masih ada gelombang dan frekwensi lain dibawah delta, atau dibawah 0.5 hz, yaitu frekwensi EPSILON, yang juga sangat mempengaruhi aktifitas mental seseorang dalam kemampuan supranatural, seperti pada gelombang theta diatas.
METODE RESONANSI dan STIMULASI GELOMBANG OTAK
Resonansi pada garpu tala. Jika ada 2 buah garpu tala yang senada, apabila salah satu garpu tala diketuk T1 (digetarkan), lalu didekatkan tanpa menyentuhnya kepada garpu tala lain T2 , yang diam, maka garpu tala yang lain ini akan ikut bergetar, dengan nada yang sama. Maka garpu tala T2 disebut beresonansi (ikut bergetar) dengan garpu tala T1 .
Dua garpu tala yang beresonansi. Frequency Following Response (FFR) adalah respon dari otak yang mengikuti sinyal2 baik suara (audio) yang melalui telinga, maupun gambar ( visual ) melalui mata (terbuka/tertutup), dari luar tubuh, yang diinjeksikan atau dimasukan (BrainWave entrainment) berupa getaran atau gelombang yang mencapai target frekwensi/gelombang yang diinginkan (meditasi, penyembuhan, tidur nyenyak, belajar cepat dan seterusnya atau alpha,theta dst).
Bandingkan dengan resonansi garpu tala ( resonansi terjadi pada benda2 bergetar sedangkan FFR terjadi pada pusat syaraf/otak).
Resonansi pada otak dan pusat syaraf. Demikian pula dalam halnya pusat syaraf (otak) manusia, dengan diketahuinya setiap tingkat getaran/gelombang otak manusia yang mampu mengikuti (beresonansi) dari getaran suara (audio) melalui telinga dan gambar (visual) melalui mata, atau sinyal lainnya melalui alat peraba/perasa (tangan, tubuh, di belakang telinga), maka dapat diatur sekehendak kita untuk mencapai target2 aktifitas mental yang dikehendakinya (meningkatkan IQ, belajar cepat, meditasi, aktifitas2 supranatural, mengobati atau meningkatkan kesehatan bagi mereka yang menderita ADHD, ADD atau Autism, susah tidur dan seterusnya)
Namun sayangnya bahwa untuk mencapai hal tersebut diatas tidaklah mudah, seperti yang kita harapkan, karena keterbatasan pendengaran dan penglihatan manusia, misalnya sinyal suara, atau frekwensi suara, hanya dapat didengar dari 20 Hz s/d 20 khz itupun batas pendengaran efektip akan berlainan untuk setiap orang ( wanita, pria atau anak), bahkan anak kecil mampu mendengar suara diatas 20 Khz, namun rata2 manusia hanya dapat mendengar antara 50 hz s/d 8 khz saja.
Lalu bagaimana agar gelombang frekwensi suara yang diterima dan didengar oleh telinga kanan dan kiri dapat direspon dengan baik oleh otak (pusat syaraf) dan diterjemahkan sebagai gelombang2 beta, alpha, theta dan delta ( dan juga gamma, hypergamma, lamda dan epsilon )
Ada beberapa metode atau cara diantaranya dengan :
1. Binaural beats ( pelayangan sinyal suara )
Apabila 2 gelombang frekwensi f1 dan f2 (telinga kanan dan kiri ) dipadukan menjadi satu, maka secara matematik akan diperoleh hasil sebagai berikut :
• frekwensi dasar yaitu f1 dan f2.
• kelipatan atau harmonik ganjil dari masing2 frekwensi yaitu 3f1, 5f1 dst dan 3f2, 5f2 dst
• selisih dan jumlah dari kedua frekwensi dasar tersebut ( f1 – f2) dan (f1+f2).
Tergantung dari aplikasi matematis tersebut, pada penggunaan dan perhitungan untuk otak (pusat syaraf) manusia maka yang direspon “hanya” f1 dan f2 sebagai suara biasa dan ( f1 – f2 ) yang akan direspon oleh otak (pusat syaraf) sebagai gelombang2 gamma, beta, alpha, theta atau delta. Misalnya f1 = 400 hz dan f2 = 410 hz, maka ? f = 10 Hz direspon otak sebagai gelombang alpha, maka selisih dua frekwensi yang berbeda ini disebut binaural beat atau pelayangan 2 sinyal . Binaural beat ditemukan dan diselidiki pertama kali oleh Heinrich Wilhelm Dove pada tahun 1839 .
Binaural beat frequency
2. Gelombang ISOCHRONICS ( monaural beats)
Karena dengan sistim binaural beat diperlukan headphone (kiri dan kanan) atau pemasangan pengeras suara (speaker) yang dipasang tepat disamping kiri dan kanan, agar otak merespon cukup baik, maka sistim ini menjadi tidak effektif dan kurang kuat pengaruhnya terhadap otak (pusat syaraf), maka dipilih cara lainnya yang lebih baik, yaitu dengan sistim Isochronics.
Pada gelombang isochronic, maka baik suara yang didengar ditelinga kiri maupun kanan akan memiliki frekwensi suara dan amplitudo yang sama, hanya kedua sinyal tersebut dimodulasikan dengan impuls/switch on/off (hidup/mati) dengan batasan2 irama gelombang otak (beta, alpha, theta . Delta ) tersebut disesuaikan dengan target2 aktifitas mental yang akan dicapai seseorang.
Stimulasi gelombang otak adalah rangsangan2 (suara atau cahaya/gambar) yang dikirim keotak (pusat syaraf) melalui panca indra ( telinga atau mata), sehingga otak (pusat syaraf) akan merespon den mengikuti (resonansi) sesuai dengan irama dari jenis gelombang tersebut ( beta, alpha, theta, delta atau gamma).
Stimulasi gelombang otak yang memakai sistim isochronic lebih baik dari binaural beats karena :
Binaural beats memerlukan headphone stereo, sedangkan isochronic tidak, cukup yang mono atau 1 headphone atau mono-speaker.
Respon dari otak (pusat syaraf) jauh lebih kuat jika mempergunakan sistim isochronics
Stimulasi cahaya melalui mata
Stimulasi gelombang otak, dapat juga melalui cahaya atau melalui mata dengan gambar bergerak atau beranimasi (kelopak mata terbuka) atau mata tertutup dengan menyalakan dan mematikan cahaya hitam/putih atau berwarna (cahaya menembus kelopak mata memakai alat Audio strobe LED Glasses), yang disesuaikan dengan irama gelombang otak (beta, alpha, theta, delta ), dengan perkataan lain ber-kelap – kelip atau fliker.
Audio Strobe ( LED Glasses )
LED glasses are a powerful and effective way to entrain the brain. Like the light pulses embedded into visual plugins, AudioStrobe uses light to entrain the brain. LEDs are mounted onto glasses and positioned an inch or two away from the eyelids. The lights are then flashed according to the target brainwave frequency.
Dengan adanya respon dari otak (pusat syaraf), mengakibatkan timbulnya impuls2 listrik diotak (2 ~ 10 microVolt) yang disebut CER ( Cortical Evoked Response ), yang dapat dibaca oleh EEG (electroenchepalogram) untuk pemeriksaan efektifitas, pengujian dan monitoring .
Frequency Following Response (FFR) adalah respon dari otak yang mengikuti sinyal2 baik suara ( isochronics atau binaural beat ) maupun gambar ( visual ) dari luar tubuh, untuk mencapai target yang diinginkan (meditasi, penyembuhan, tidur nyenyak, belajar cepat dan seterusnya).
Bab 3
GELOMBANG OTAK DALAM HIPNOSIS
Bagaimana gelombang otak kaum paranormal? Berdasarkan temuan ilmiah dibidang parapsikologi, ternyata gelombang-gelombang otak tertentu berperan aktif melakukan kemanpuan paranormal.
Saat ini ditemukan teknologi stimulasi otak dengan gelombang suara yang unik. Seperti telah diakui lembaga sains dan penelitian tentang otak, suara memiliki pengaruh besar terhadap kinerja otak, contohnya efek musik Klasik dan Jazz terhadap Otak dan Psikologi Manusia. Dengan berdasarkan pada konsep frekwensi suara inilah, Teknologi Stimulasi Otak mampu menghasilkan frekwensi suara khusus yang dikenal dengan nama Binaural Beat Frequency.
Binaural Beat Frequency adalah frekwensi yang dihasilkan melalui perhitungan matematika kompleks sehingga mampu menginterferensi dan menstimulasi gelombang otak untuk memasuki kondisi “trance” (frekwensi theta). Binaural Beat Frequency memiliki pengaruh yang kuat, bahkan lebih kuat dari pengaruh musik Klasik dalam menstimulasi gelombang otak manusia memasuki frekwensi tertentu, seperti alpha, theta & delta.
Dengan menyelaraskan gelombang otak pada frekwensi tertentu maka kita akan manpu atau bisa memiliki kekuatan metafisika yang sangat berguna bagi kehidupan kita sehari-hari. Metoda ini ditemukan sejak tahun 1960 yang dilakukan oleh berbagai ilmuwan yang menyimpulkan bahwa frekwensi suara tertentu dapat menpengaruhi keadaan seseorang.
Seseorang yang gelombang otak pada frekwensi beta (12 – 25 cps) melakukan kegiatan berpikir, berinteraksi, dan menjalani kehidupan sehari. Gelombang otak pada frekwensi alfa (8 12 cps) menyadari keberadaan mimpi dan keadaan meditasi terdalam karena Gelombang alfa sebagai jembatan penghubung antara pikiran sadar dan bawah sadar. Sedangkan gelombang otak pada frekwensi theta (4 – 8 cps) memasuki alam bawah sadar yang mengalami kondisi meditasi sangat mendalam.
Seseorang yang berprofesi sebagai paranormal dan penyembuh gelombang otaknya lebih banyak mengandung frekwensi delta (0,1 – 4 cps). Frekwensi delta bertindak sebagai “radar” yang mendasari kerja intiusi, empati dan tidakan yang bersifat instink. Delta juga membantu mencapai tingkat kesadaran dan kebijakan tertinggi.
Adalah Audio Binaural Beat Frequency, sebuah alat khusus yang diprogam dengan frekwensi khusus untuk diselaraskan gelombang otak kita ke dalam frekwensi alpha, theta dan delta. Dengan mendengarkan Audio Binaural Beat Frequency System yang menstimulasi otak yang memberikan respon kepada bagian otak yang berfungsi pusat kesehatan & kemanpuan paranormal, maka akan otomatis membangkitkan energi tubuh (kundalini/cakra/aura/chi), mata bathin, terawangan, psikometri ESP (Extra Sensory Perception), telepathy, telekinetis, psychokinetis, lepas sukma, peningkat daya seksual, peningkat metabolisme tubuh dan sebagainya
Satu lagi kemampuan yang kerap dihubung-hubungkan dengan paranormal adalah kemampuan hipnosis. Konsep hipnosis telah ada sejak awal peradaban manusia, hipnosis selalu dihubungkan dengan berbagai ritual keagamaan dan kepercayaaan, kekuatan magis dan supranatural. Hipnosis secara konvensional adalah salah satu kondisi kesadaran (state of consciousness), dimana dalam kondisi ini manusia lebih mudah menerima saran (informasi). Konsep hipnosis terus berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Hipnosis secara modern adalah teknik untuk membypass atau mempekecil ’critical factor’ dari conscious, sehingga RAS (Reticular Activating System) terbuka, dan informasi dapat memasuki sub-conscious.
Sedangkan orang yang melakukan hipnosis dikenal dengan hipnotis. Penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini bertujuan melihat pengaruh hipnosis terhadap kejiwaan seseorang, terutama dilihat pada pembangkitan sinyal EEG manusia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih membantu dalam proses penyembuhan secara hipnoterapi dan memberikan informasi mengenai pencegahan terhadap proses penipuan melalui hipnosis.
Pengambilan data dilakukan pada kondisi hipnosis yang mengacu pada struktur dasar hipnosis. Data yang diambil berupa PSD (Power Spectra l Density) yang telah dirata-ratakan dan peta gelombang otak (brainmapping ). Pengolahan data secara statistik menggunakan metode ANOVA (Analysis Of Variance).
Sinyal beta merupakan sinyal paling dominan di antara sinyal EEG yang lain, hal ini menjelaskan bahwa pada saat kondisi hipnosis 1 dan hipnosis 2 pikiran tetap terjaga atau sadar. Sinyal alpha meningkat pada kondisi hipnosis 1 dimana pikiran akan terasa rileks dan santai namun terfokus, Sinyal theta meningkat pada kondisi hipnosis 2 setelah pikiran dibimbing untuk berimajinasi melakukan suatu kegiatan atau berada di suatu tempat yang mudah dirasakan oleh pikiran. Sinyal delta relatif kecil pada semua kondisi karena sinyal delta meningkat pada keadaan tidur lelap.
Agar lebih jelas tentang hipnotis ini, ada baiknya kita ikuti cerita Natalia Sunaidi, pakar hypnotherapy yang juga penulis buku Journey of The Past berikut ini:
Setiap hari saya mengajar di sebuah preschool dari Taiwan di Pluit (Jakarta). Waktu itu menjelang Tahun Baru Imlek. Seperti biasa sekolah kami banyak memasang dekorasi Imlek. Di depan pintu masuk tergantung lampu panjang berwarna merah yang sangat menarik perhatian anak-anak. Suatu pagi saya menggendong seorang anak Toddler (usia 1,5 th) yang terkesima melihat lampu panjang tersebut, tiba-tiba dari luar sekolah terdengar suara ledakan yang sangat keras, suara ban pecah. Saya sangat terkejut, anak yang saya gendong menangis kencang karena kaget.
Saya sudah melupakan kejadian itu dan memulai kegiatan belajar seperti biasa. Besok paginya ketika anak itu datang ke sekolah, dia menangis keras ketika akan memasuki pintu. Kami semua tidak mengerti dan membawanya masuk ke kelas. Begitu pulang sekolah, dia tidak mau keluar pintu, dia gemetaran sambil berkata “bom…bom…”. Saat itu saya jadi teringat kembali kejadian kemarin ketika terdengar suara ledakan ban meletus, saat itu ia sedang mengamati lampu panjang yang digantung di depan pintu itu. Jadi setiap kali ia melihat lampu panjang itu, ia mengingat kembali suara ledakan yang membuat dia kaget dan takut.
Saat itu bisa dikatakan anak itu sedang berada dalam kondisi terhipnosis karena setiap kali ia melihat lampu panjang itu, secara otomatis itu akan memicu ingatan dia tentang suara ledakan yang membuat dia kaget dan takut.Lalu mengapa saya menyebut hipnosis adalah suatu hal yang alami? karena kita mengalami kondisi hipnosis dalam hidup kita sehari-hari. Mengapa demikian? nanti saya akan jelaskan mengapanya. Tahukah anda bahwa anda masuk kondisi hipnosis pada saat anda sedang nonton TV, membaca buku, mengetik di komputer, Meditasi bahkan anda pasti masuk kondisi hipnosis sebelum anda tidur? Ya, memang begitulah yang terjadi! Mengapa demikian?
Hipnosis tidak lain adalah sebuah pengetahuan tentang gelombang otak. Setiap manusia (bahkan bianatang) mempunyai 4 gelombang otak : Beta – Alfa – Teta – Delta. Beta adalah gelombang otak pada saat kita sedang sibuk, maksudnya fokus kita bisa pada 5-9 hal. Misalnya, kita sedang makan sambil mendengar musik dan mendengarkan curhat teman kita. Alfa dan Teta adalah gelombang otak pada saat kita sedang kondisi relaksasi yaitu fokus pada 1 hal. Delta adalah gelombang otak pada saat kita tidur pulas dan hypnosis adalah suatu metode untuk mencapai gelombang otak untuk mencapai Alfa dan Teta. Lalu mengapa saya mengatakan kita mengalami kondisi hypnosis setiap hari ?
Pada saat kita sedang nonton TV, kita fokus pada 1 hal yaitu film yang sedang kita tonton. Pada saat membaca buku, mengetik komputer, kita pun fokus pada hal yang sedang kita kerjakan. Oleh karena itu bila kita ukur gelombang otak kita, kita sedang berada dalam kondisi Alfa atau Beta, kita sedang dalam kondisi hypnosis. Pada saat kita meditasi, jika pikiran kita sudah tidak kesana kemari dan kita mulai konsentrasi pada 1 fokus maka gelombang otak kita berada dalam kondisi Alfa atau Teta. Bahkan setiap kita tidur kita harus melewati kondisi hipnosis sebelum tertidur pulas, yaitu dari gelombang Beta ke Alfa – Teta akhirnya Delta.
Lalu mengapa kita perlu mencapai gelombang Alfa atau Teta ? Karena bila kita derada dalam gelombang Beta (fokus yang terpecah) kita tidak akan bisa belajar atau menerima apapun. Bayangkan seperti ini, bila anda sedang berada di ruangan mesin yang ribut, anda tidak akan bisa mendengar suara teman anda, anda harus menurunkan suara mesin itu lalu fokus pada suara teman anda baru bisa mengerti apa yang ia katakan. Sama seperti itu, hipnotis adalah metode untuk menurunkan gelombang sibuk anda (Beta) supaya mencapai Alfa atau Teta supaya anda bisa lebih fokus. Bahkan anda sangat perlu berada di gelombang Alfa atau Teta untuk bisa belajar misal pada saat kuliah, mendengar ceramah, membaca buku, dan sebagainya.
Lalu mengapa anak murid saya menjadi trauma terhadap lampu panjang merah tersebut ? Karena pada saat ia mengamati lampu tersebut, otaknya berada di kondisi Alfa atau Teta sehingga ia menjadi reseptif terhadap suara ledakan itu. Lalu bagaimana yang terjadi di TV, yaitu orang-orang yang diubah namanya atau berperilaku aneh? Apakah kesadarannya dilemahkan dengan hipnotis? Prosesnya sama, yang dilakukan oleh para hipnotis adalah dengan menggunakan metode hipnosis menurunkan gelombang otak orang itu menjadi Alfa atau Teta sehingga ia menjadi reseptif pada sugesti sang hipnotis.
Lalu kemanakah kesadarannya ? Apakah hilang ? Tidak hilang! Kesadarannya tetap ada bahkan ia sangat sadar. Misalnya, seorang lelaki bernama Eko diubah namanya menjadi Ria. Eko masih sangat sadar bahkan pada saat ia bilang namanya adalah Ria tetapi kesadarannya tidak cukup kuat untuk menolak sugesti sang hipnotis. Lalu apakah kesadaran Eko sedang dilemahkan melalui hipnotis? TIDAK! Memang kesadarannya sudah lemah dari awalnya dan melalui hipnosis jadi terlihat.
Jika begitu apa bedanya kita semua dengan Eko? ketika kemarahan menguasai kita, kita menjadi terfokus pada hal yang menyebabkan kita marah, lalu kita bereaksi galak dan mengomeli orang lain. Bukankah kita saat itu terhipnotis oleh kemarahan kita? Bukankah saat itu kesadaran kita pun lemah sehingga tidak bisa menyadari kemarahan yang muncul? Jika demikian mengapa kita bisa menyimpulkan hipnosis yang bisa membuat kesadaran kita melemah jika setiap harinya kesadaran kitapun lemah dan terlarut dalam kemarahan, keserakahan, kebencian, irihati dan sebagainya ? Lalu kemanakah kesadaran kita saat itu? Jika memang hipnosis bisa melemahkan kesadaran maka sesungguhnya kita sedang melemahkan kesadaran kita dengan menonton TV, meditasi bahkan setiap kali tidur, karena saat itu kita berada dalam kondisi hipnotis. Apakah begitu?
Sangat Tidak! Hipnosis adalah sebuah pengetahuan yang mempelajari gelombang otak dan metode komunikasi untuk mencapai gelombang otak Alfa atau Teta.
Melalui relaksasi dalam masalah yang muncul adalah setelah mencapai gelombang otak Alfa atau Teta melalui hipnosis, lalu mau diapakan ? Apa mau digunakan untuk memasukkan sugesti negatif atau positif ? Apa mau digunakan untuk melihat kehidupan lalu dan mengambil kebijaksanaannya? atau untuk menenangkan pikiran? atau bahkan digunakan untuk hiburan iseng ? semuanya tergantung kebijaksanaan anda. Seperti sebilah pisau, ia bisa digunakan untuk kejahatan tetapi juga bisa kita pakai untuk membantu untuk membantu kegiatan masak untuk menghasilkan berbagai makanan bergizi. Tetapi pisau hanyalah pisau, ia tidak termasuk barang baik atau buruk. Sama seperti hipnosis, ia bisa digunakan untuk hal negatif tapi bisa juga digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup.
Hipnosis hanyalah suatu metode, yang jika kita bisa mengolahnya dapat kita gunakan untuk meningkatkan kebijaksanaan kita. Jadi semuanya itu menjadi pilihan anda, mau menggunakan hipnosis untuk melihat kehidupan lalu dan mengambil kebijaksanaannya atau mau tidak menggunakannya. Ini semua bukan menjadi hal yang benar atau salah lebih merupakan hal yang cocok atau kurang cocok. Sebagian orang karena warna kulitnya terlihat cocok memakai baju berwarna ungu tua, tapi ada juga yang tidak menyukai warna ungu tua karena kurang cocok dengan warna kulitnya. Tapi apakah warna ungu tua adalah adalah warna yang salah ? Sama seperti itu ada orang cocok dengan regresi kehidupan lalu untuk menggali kebijaksanaanya ada juga yang kurang cocok. Semua itu hanyalah pilihan yang cocok atau kurang cocok.
Sebagaimana diketahui, cara kerja otak dipengaruhi oleh kondisi otak yang disebut fase Beta, Alfa, Theta, dan Delta. Pada kondisi Beta, gelombang otak adalah 12-25Hz. Ini adalah kondisi konsentrasi yang muncul ketika seseorang sedang mengerjakan sesuatu yang sulit dan perlu berpikir keras. Pada saat ini otak hanya mempunyai kemampuan fokus tunggal. Kondisi beta cocok untuk tujuan menyelesaikan suatu pekerjaan secara serius, seperti mengerjakan soal, ngebut, mengerjakan tugas kritis dan serius. Musik yang riang dan cepat dapat membantu mencapai kondisi otak ini.
Kondisi Alfa mempunyai gelombang otak dengan frekuensi 8-12Hz. Kondisi tenang ini memungkinkan otak untuk multifokus, memperhatikan beberapa hal sekaligus. Kondisi Alfa sangat tepat untuk belajar yang bersifat menyerap, memahami, menghafalkan pengetahuan, karena pada kondisi ini otak menjadi siap belajar. Musik yang sedang dan ringan dapat membantu tercapainya kondisi Alfa.
Gelombang otak Theta adalah 4-8Hz, yang merupakan keadaan setengah sadar. Pada kondisi ini ide kreatif banyak muncul karena peran otak bawah sadar menjadi lebih dominan. Kabarnya, otak bawah sadar mempunyai kemampuan lebih besar 7:1 dibanding otak sadar. Itulah mengapa seringkali penyelesaian masalah muncul saat hampir tidur atau saat bangun tidur. Kondisi Theta juga merupakan kondisi untuk mengakses alam bawah sadar. Hipnotis dan hipnoterapi menggunakan kondisi ini untuk memberikan perintah-perintah ke alam bawah sadar pasien, misalnya perintah untuk merasakan bahwa rokok itu sangat memualkan pada terapi terhadap pecandu rokok.
Dengan perintah-perintah yang telah disusun sedemikian rupa, seorang hipnoterapi memandu pasien untuk memasukkan gambaran-gambaran baru ke dalam alam bawah sadar. Karena alam bawah sadar tidak mampu membedakan gambaran imajinasi terhadap kondisi nyata, maka gambaran imajinasi tersebut akan ditangkap sebagai kondisi nyata. Ketika kemudian pasien telah sadar sepenuhnya (kondisi Beta dan Alfa) maka alam bawah sadar telah mempunyai gambaran lain terhadap kondisi nyata, misalnya terhadap rokok yang semula dipandang nikmat tiba-tiba dipandang memualkan.
Seorang rekan saya bereksperimen dengan hipnoterapi terhadap anaknya yang masih SD. Ketika sang anak sedang dibuai untuk tidur maka dia menyampaikan pesan-pesan baru ke alam bawah sadar anaknya dengan mengatakan bahwa sang anak adalah anak yang rajin, pintar, baik hati, selalu bisa dalam belajar, dan hal-hal baik lainnya. Sekitar dua minggu kemudian mendadak prestasi belajar anaknya meningkat drastis. Rekan saya pun terkejut dengan hasil yang tidak disangkanya tersebut.
Semacam dengan hal tersebut adalah efek dongeng sebelum tidur bagi anak. Dongeng-dongeng dengan pesan moral biasanya sangat membekas dalam ingatan anak bahkan hingga dewasa. Karena itu sangat penting untuk menyempatkan diri mendongeng kepada anak dengan pilihan dongeng-dongeng yang bermoral baik, karena secara langsung dongeng tersebut akan masuk ke dalam alam bawah sadar anak. Sebaliknya sangatlah buruk memberi pengantar tidur dengan memarahi anak, memberi tontonan seram, dan perlakuan kasar, karena hal itu akan membekas saat anak hampir tidur.
Yang juga menarik dilakukan adalah self hipnoterapi, yaitu dengan menyatakan kalimat-kalimat positif kepada diri sendiri. Salah satu cara adalah dengan tiduran, atau duduk rileks memejamkan mata, kemudian menenangkan diri tidur-tiduran, lalu menyatakan kalimat positif , “Khairul -ganti nama Anda-, kamu bisa, kamu baik, kamu sukses…” Sambil menepuk dada atas kiri, bahu belakang kanan, atau paha kanan. Mengapa di daerah itu? Itu adalah daerah yang hanya orang terdekat yang menyentuhnya, seperti ibu, sahabat, dan keluarga.
Pada saat daerah tersebut disentuh maka alam bawah sadar akan mengatakan ‘ini pesan dari orang yang dekat denganku’ dan dia menjadi terbuka untuk menerima pesan tersebut. Dengan demikian apapun yang disampaikan tadi menjadi bagian alam bawah sadar dan diingat olehnya.
Gelombang Otak Sebagai Password
Para peneliti Kanada kini sedang mengembangkan teknik yang dapat menggunakan gelombang otak untuk mengunci pintu atau memperoleh akses ke layanan bank.
Urusan teknik pengamanan menggunakan keunikan tubuh manusia telah banyak dikembangkan para ahli, misalnya sidik jari. Bahkan beberapa perusahaan telah menawarkan pengenalan citra iris (bagian mata) di banyak negara yang ingin menerapkan paspor biometrik.
Tapi Julie Thorpe, seorang peneliti di Carleton University di Ottawa mempunyai ide yang lebih gila. Menurutnya, tidak perlu digunakan kartu rahasia, nomor pin, dan bentuk pengaman fisik lainnya untuk mengakses ATM, mengakses data di komputer, atau memasuki gedung dan ruangan rahasia.
“Penggunanya juga akan mudah sekali mengingat password-nya,” kata Thorpe. Ia berharap dapat mengembangkan alat pengaman pertama yang membaca gelombang otak sebagai kode tersebut.
Idenya memang sangat potensial untuk dikomersialisasikan, dengan asumsi sinyal-sinyal dari otak selalu berbeda antara satu orang dengan lainnya meskipun mereka memikirkan hal yang sama. “Sinyal otak unik seperti halnya sidik jari,” katanya.
Ia bekerja sama dengan mahasiswa kedokteran dan peneliti teknologi keamanan Paul Van Oorschrot di Ottawa untuk mewujudkan ide tersebut. Penelitiannya juga bertujuan mengembangkan alat bantu bagi para penderita paralisis untuk mengendalikan dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Para penderita paralisis kehilangan kemampuan menggerakaan tubuhnya karena otot-ototnya lumpuh sehingga satu-satunya harapan adalah memanfaatkan gelombang otaknya.
Untuk mengubah gelombang otak menjadi perintah komputer yang mengendalikan berbagai peralatan tentu sulit meskipun mungkin. Tapi, menggunakan perbedaan gelombang tersebut untuk menggantikan fungsi password jauh lebih mudah.
“Anda dapat menggunakan suara musik atau memori saat kanak-kanak sebagai password bahkan dengan menyodori gambar tertentu, seseorang dapat langsung mengingatnya,” kata Thorpe. Meskipun demikian, ia masih harus memastikan bahwa setiap orang dapat menghasilkan gelombang yang selalu tepat.
“Seringkali, tanpa disadari sebuah lagu yang Anda pikirkan mungkin akan mengganggu sinyal sebab banyak sekali proses di dalam otak manusia,” katanya. Selain itu, perangkat komputer untuk memeriksa gelombang otak yang ada saat ini belum terlalu praktis.
Electroencaphalogram (EEG) yang digunakan untuk mengukur sinyal-sinyal listrik di otak menggunakan banyak elektroda yang dipasang di kening sehingga untuk sekali pemeriksaan saja membutuhkan waktu lama.
Selain itu, pengukuran dengan alat tersebut membutuhkan gel yang harus dioleskan ke kulit kepala agar elektroda tersebut dapat digunakan. Inilah bentuk yang sedang diperbaiki Thorpe sehingga pengukuran gelombang otak dapat dilakukan dengan praktis.
Menggerakkan Benda dengan Gelombang Otak
Benda-benda digerakkan oleh gelombang otak, tak lagi mustahil. Percobaan ilmiah sudah berhasil membuktikan. Pada tahap awal penerapan prinsip kerja gelombang pikiran sebagai penggerak benda-benda, sistem antarmuka (interface) komputer-otak kini semakin dapat diterapkan. Menurut laporan LiveScience, riset sinyal saraf itu telah mencapai kemajuan yang berarti. Tak heran, penelitian itu menjadi yang paling menarik di bidang rekayasa biomedis.
Awal tahun ini, para peneliti melatih empat penderita epilepsi untuk menggerakkan kursor komputer dengan kekuatan pikiran mereka. Para pasien itu tengah menunggu operasi bedah otak. Beberapa lembar tipis elektroda pendeteksi sinyal dipasang pada permukaan otak mereka.
Mereka kemudian diminta untuk mengerjakan beberapa tugas, seperti membuka dan menutup telapak tangan serta menjulurkan lidah. Pada saat yang sama, para ilmuwan menilai apakah sinyal-sinyal otak berkaitan dengan gerakan-gerakan itu.
Sinyal-sinyal dari gerakan-gerakan tersebut kemudian diselaraskan dengan gerakan kursor di monitor. Misalnya, ketika otak memerintahkan pasien membuka tangan kanan, maka kursor bergerak ke kanan.
Pasien juga diminta untuk menggerakkan kursor dari satu titik ke titik lain di monitor. Caranya, dia hanya berpikir tentang pemindahan kursor tersebut. Awalnya, keempat pasien itu merasa kesulitan. Namun, mereka akhirnya mampu mengendalikan kursor dengan pikiran. Setelah beberapa menit, mereka melakukannya dengan tingkat akurasi lebih dari 70 persen.
Bahkan, seorang pasien mampu menggerakkan kursor melalui pikirannya dengan tingkat akurasi 100 persen pada akhir percobaan.
”Semua peserta percobaan kami dapat mengendalikan kursor komputer dengan menggunakan sinyal-sinyal otak,” kata Daniel Moran dari Washington University. Penelitian itu membuktikan, sensor-sensor yang ditempatkan di permukaan otak ternyata lebih efektif ketimbang ditanam di jaringan otak atau dikenakan seperti topi.
Cara penempatan di permukaan otak itu membuat mereka dapat menerima sinyal lebih stabil dan kuat ketimbang ditanam di jaringan otak atau dikenakan seperti topi. Hanya sedikit riset melibatkan penderita lumpuh total sebagai partisipan penelitian. Salah satunya adalah penelitian di Brown University dan Cyberkinetics Neurotechnology Systems Inc. Studi itu sedang mengembangkan sistem yang disebut BrainGate.
Dalam studi ini, sebuah sensor ditanamkan di lapisan luar saraf pemicu gerak primer (tempat otak merespons gerakan). Ukuran alat sensor itu lebih kecil dari uang koin. Sensor tersebut memiliki elektroda setipis rambut yang dimasukkan sekitar satu milimeter di bawah tempurung kepala. Alat itu dapat menangkap sinyal-sinyal elektrik dari saraf-saraf yang memicu gerakan.(livescience-ben-25)
Bab 4
KEKUATAN OTAK, KEKUATAN JIWA
Jiwa adalah sumber kekuatan seseorang. Orang yang Jiwanya lemah, akan tampil sebagai sosok yang lemah. Sedangkan orang yang berjiwa kuat akan tampil sebagai sosok yang ‘kuat’ pula. Tentu saja, bukan sekadar dalam arti fisik. Melainkan ‘kekuatan’ pribadinya dalam menghadapi gelombang kehidupan.
Orang yang memiliki Jiwa kuat, bukan hanya berpengaruh pada keteguhan pribadinya, melainkan bisa digunakan untuk mempengaruhi orang lain, bahkan benda-benda di sekitarnya. Anda melihat betapa besarnya kekuatan yang ditebarkan oleh Bung Karno sebagai ahli pidato. Ia bisa mempengaruhi ribuan orang hanya dengan kata-katanya. Ribuan orang terpesona dan rela berpanas-panas, berdesak-desakan, atau berjuang dan berkorban, mengikuti apa yang dia pidatokan.
Anda juga bisa merasakan, betapa hebatnya kekuatan yang digetarkan oleh Mozart dan Beethoven lewat karya-karya musiknya. Berpuluh tahun karya mereka dimainkan dan mempesona banyak musikus atau penikmat musik di seluruh dunia.
Atau, lebih dahsyat lagi, adalah kekuatan yang terpancar dari Jiwa para nabi. Keteladanan dan risalah yang beliau bawa telah mampu menggetarkan satu setengah miliar umat di seluruh penjuru planet bumi ini untuk mengikutinya. Bahkan terus berkembang, selama hampir 1500 tahun terakhir.
Bagaimana semua itu bisa terjadi? Dan darimana serta dengan cara apa kekuatan yang demikian dahsyat itu terpancar? Semua itu ada kaitannya dengan kekuatan Jiwa yang terpancar dari seseorang. Dengan mekanisme otak sebagai pintu keluar masuknya.
Mempelajari aktivitas otak, berarti juga mempelajari aktivitas Jiwa. Kenapa demikian? Karena seperti telah kita bahas di depan, Jiwa adalah program-program istimewa yang dimasukkan ke dalam sel-sel otak. Dan program-program itu lantas berkolaborasi membentuk suatu sistem di dalam organ otak. Karena itu, setiap apa yang dihasilkan otak adalah pancaran dari aktivitas Jiwa kita.
Bagaimana memahaminya? Banyak cara. Di antaranya dengan memahami produk-produk otak sebagai organ pemikir. Kalau kita membaca karya seseorang, baik berupa karya tulis, musik, pidato, atau karya-karya seni dan ilmu pengetahuan lainnya, kita sedang memahami pancaran jiwa seseorang.
Di dalam karya itu terkandung energi, yang tersimpan di dalam maknanya. Untuk bisa merasakan energi tersebut tentu kita harus menggunakan Jiwa untuk memahaminya. Jika kita sekadar menggunakan panca indera terhadap suatu karya, tapi hati atau Jiwa kita tidak ikut dalam proses pemahaman itu, tentu kita tidak bisa merasakan besarnya energi yang terpancar. Karya itu tidak lebih hanya sebagai seonggok benda mati. Tapi, begitu kita melibatkan hati dan Jiwa, tiba-tiba karya itu menjadi hidup dan bermakna.
Yang demikian itu bisa terjadi pada pemahaman apa saja. Setiap kali kita ingin menangkap makna, maka kita harus melibatkan hati dan Jiwa. Hati adalah sensor penerima getaran universal di dalam diri seseorang. Ada yang menyebutnya sebagai indera ke enam.
Kombinasi antara panca indera dan hati akan menyebabkan kita bisa melakukan pemahaman. Tapi semua sinyalnya tetap dikirim ke otak sebagai pusat pemahaman atas informasi panca indera dan hati tersebut. Di situlah Jiwa bekerja sebagai mekanisme kompleks dari seluruh rangkaian software yang ada di sel-sel otak.
Jadi, otak memancarkan gelombang energi yang tersimpan di dalam maknanya. Makna itu sendiri sebenarnya bukanlah energi, meskipun ia mengandung energi. Makna juga bukan materi. Makna adalah makna alias ‘informasi’.
Selama ini, kita memahami eksistensi alam semesta hanya tersusun dari 4 variable, yaitu Ruang, Waktu, Materi dan Energi. Sebenarnya, ‘Informasi’ adalah variable ke 5 yang turut menyusun alam semesta.
Para pakar Fisika tidak memasukkan ‘Informasi’ sebagai salah satu variable penyusun alam, karena pengukuran ‘Informasi’ itu tidak bisa dilakukan oleh alat ukur material seperti mengukur Ruang, Waktu, Energi dan Materi. Makna atau informasi hanya bisa diukur oleh ‘perasaan’ makhluk hidup.
Tetapi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi kini semakin bisa diukur secara lebih kuantitatif bukan hanya kualitatif saja. Sehingga, saya kira sudah waktunya kita memasukkan ‘variable Informasi’ sebagai Salah satu dari 5 variable penyusun eksistensi alam semesta.
Nah, variabel ke 5 inilah yang banyak berperan ketika kita membicarakan makhluk hidup. Khususnya yang berkaitan dengan Jiwa dan Ruh. Sebab, ukuran-ukuran yang bisa kita kenakan pada aktivitas Jiwa dan Ruh itu bukan cuma sebatas ukuran Ruang, Waktu, Energi dan Materi, melainkan ukuran ‘informasi’ alias ‘makna’. Dan itu belum terwadahi oleh 4 varaibel tersebut.
Mungkinkah ada suatu peralatan yang bisa mengukur baik dan buruk? Atau adakah alat secanggih apapun yang bisa mengukur tingkat keindahan, kejengkelan, kebosanan, ketentraman, kebencian, kedamaian, dan kebahagiaan? Semua itu terkait dengan informasi dan makna. Sebenarnyalah ‘makna’ itu memiliki arti yang lebih mendalam dibandingkan sekedar informasi.
Meskipun, tidak bisa diukur secara langsung sebagaimana mengukur kuantitas Ruang, Waktu, Energi dan Materi, tapi informasi dan ‘makna’ itu bisa bermanifestasi ke dalam Ruang, Waktu, Materi dan Energi. Informasi dan Makna menjelajah ke seluruh dimensi tersebut.
Sebagai contoh, rasa bahagia bisa terpancar di wajah seseorang (dalam bentuk materi dan energi), dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat (menempati Ruang dan Waktu).
Informasi tersebut juga bisa ditransfer kepada orang lain, sehingga memunculkan energi tertentu. Jika anda sedang merasa gembira, kemudian menceritakan kegembiraan itu kepada orang dekat anda, maka orang itu akan merasa ikut bergembira. Dan ketika dia ikut merasa gembira, dia sebenarnya telah menerima energi kegembiraan itu dari anda. Dia tiba-tiba terdorong untuk tertawa, atau bahkan menangis gembira.
Dalam bentuk apakah energi kegembiraan itu terpancar ke orang dekat anda? Apakah suara anda yang keras dan menggetarkan gendang telinganya itu yang menyebabkan dia tertawa? Pasti bukan. Apakah juga karena suara anda yang mengalun merdu, sehingga ia ikut gembira. Juga bukan. Yang menyebabkan dia ikut gembira adalah karena ‘isi’ alias ‘makna’ cerita anda itu.
Dan uniknya, energi yang tersimpan di dalam makna itu tidak bisa diukur besarnya secara statis, seperti mengukur waktu, atau energi panas. Energi ‘informasi’ itu besarnya bisa berubah-ubah bergantung kepada penerimanya.
Kalau si penerima berita demikian antusias dalam menanggapi berita gembira itu, maka dia akan menerima energi yang lebih besar lagi. Mungkin dia bisa tertawa sambil berurai air mata gembira, berjingkrak-jingkrak, dan seterusnya. Padahal, bagi orang lain, berita yang sama tidak menimbulkan energi sehebat itu.
Dimana kunci kehebatan transfer energi informasi itu berada? Terletak pada dua hal, yang pertama adalah makna yang terkandung di dalamnya, sejak dari informasi itu berasal. Dan yang kedua, sikap hati si penerima informasi. Keduanya bisa saling memberikan efek perlipatan kepada energi yang dihasilkan.
Jadi kekuatan energi informasi terletak pada ‘kualitas interaksi’ antara sumber informasi, penerima, dan makna yang terkandung di dalamnya. Dan, semua itu berlangsung dengan sangat dinamis. Itulah yang terjadi dalam mekanisme pancaran gelombang otak kita, sebagai representasi Jiwa.
Memang dalam kadar tertentu, otak memancarkan gelombang dengan frekuensi yang bisa ditangkap dengan mengunakan alat-alat perekam elektromagnetik tertentu. Katakanlah electric Encephalograph atau Magneto Encephalograph. Tapi yang terukur di sana hanyalah amplitudo dan frekuensinya saja. Atau, mungkin ditambah dengan pola gelombangnya. Sama sekali tidak bisa diukur berapa besar energi ‘makna’ yang tersimpan di dalamnya. Misalnya, apakah orang yang diukur gelombang otaknya itu sedang gembira atau bersedih. Atau, lebih rumit lagi, apakah dia sedang berpikir jahat atau berpikir baik.
Energi makna itu baru bisa diketahui ketika dipersepsi lewat sebuah interaksi dengan orang lain. Artinya, sampai sejauh ini alat ukur yang digunakan haruslah makhluk hidup, yang memiliki ‘hati’ dan Jiwa sederajat dengan sumber informasi.
Namun demikian, secara umum, kita bisa mengetahui kondisi Jiwa seseorang lewat jenis gelombang otak dan frekuensi yang dipancarkannya. Misalnya, kalau otak seseorang memancarkan gelombang dengan frekuensi 13 Hertz atau lebih, dia sedang keadaan sadar penuh alias terjaga.
Kalau pancaran gelombang antara 8 – 13 hertz, maka dia sedang terjaga tapi dalam suasana yang rileks alias santai. Jika otaknya memancarkan gelombang di bawah 8 hertz, maka orang itu mulai tertidur. Dan jika memancarkan frekuensi lebih rendah lagi, di bawah 4 Hz, ia berarti tertidur pulas. Dan ketika bermimpi, dia kembali akan memancarkan frekuensi gelombang yang meningkat, meskipun dia tidak terjaga.
Jadi, secara umum kita melihat bahwa ‘aktivitas’ otak seiring dengan aktivitas Jiwa. Aktivitas Jiwa bakal memancarkan energi Makna. Energi makna itu lantas memicu munculnya energi elektromagnetik di sel-sel otak. Dan berikutnya, energi elektromagnetik tersebut memunculkan jenis-jenis neurotranmister dan hormon tertentu yang terkait dengan kualitas aktivitas Jiwa itu. Misalnya neurotransmiter untuk kemarahan berbeda dengan gembira, berbeda dengan sedih, malas, dan lain sebagainya seperti telah kita bahas di depan.
AKTIVITAS KELISTRIKAN OTAK
Salah satu aktivitas otak yang paling dominan adalah munculnya sinyal-sinyal listrik. Setiap kali berpikir, otak bakal menghasikan sinyal-sinyal listrik. Bahkan sedang santai pun menghasilkan sinyal-sinyal listrik. Apalagi sedang tegang dan stress. Sinyal itu dihasilkan oleh sel-sel yang jumlahnya sekitar 100 miliar di dalam otak kita. Jadi, sebanyak bintang-bintang di sebuah galaksi.
Kalau kita lihat dalam kegelapan, miliaran sel itu memang seperti bintang-bintang yang sedang berkedip-kedip di angkasa. Setiap kali sel itu aktif, dia bakal berkedip menghasilkan sinyal listrik. Jika ada sekelompok sel yang aktif, maka sekelompok sel di bagian otak itu bakal menyala. Di sana dihasilkan gelombang dengan energi tertentu. Bahkan bisa dideteksi dari luar batok kepala dengan menggunakan alat pengukur gelombang otak, EEG atau MEG.
Darimana kedipan itu muncul? Dari aktifnya program-program yang tersimpan di inti sel otak. Setiap saat di otak kita muncul stimulasi-stimulasi yang menyebabkan aktifnya bagian otak tertentu. Misalnya, kita melihat mobil. Maka, bayangan mobil itu akan tertangkap oleh sel-sel retina mata kita, dan kemudian diubah menjadi sinyal-sinyal listrik yang dikirim ke otak kita. Sinyal-sinyal kiriman retina mata itu bakal mengaktifkan sejumlah sel yang bertanggung jawab terhadap proses penglihatan tersebut.
Demikian pula ketika kita membaui sesuatu. Aroma yang tertangkap oleh ujung-ujung saraf penciuman kita bakal dikirim sebagai sinyal-sinyal ke otak. Dan sinyal-sinyal itu lantas mengaktifkan sel-sel untuk membangkitkan sinyal-sinyal berikutnya. Bahkan dalam keadaan tidur, otak kita masih mengirimkan sinyal-sinyal untuk mengatur denyut jantung, pernafasan, suhu tubuh, hormon-hormon pertumbuhan, dan lain sebagainya.
Otak adalah generator sinyal-sinyal listrik yang saling terangkai menjadi kode-kode kehidupan. Jika kode-kode itu padam, maka orangnya pun meninggal. Karena, sudah tidak ada lagi aktivitas kelistrikan di sel otaknya. Berarti tidak ada lagi perintah-perintah untuk mempertahankan kehidupan.
Tidak hanya berhenti di otak, sinyal-sinyal listrik itu merambat ke mana-mana ke seluruh tubuh, lewat komando otak. Menghasilkan gerakan-gerakan atau perintah lain untuk kelangsungan hidup badan kita. Gerakan sinyal listrik tersebut memiliki kecepatan sekitar 120 m per detik. Jalur yang dilaluinya adalah ‘kabel-kabel’ saraf yang menyebar dalam sistem yang sangat kompleks.
Pengukuran kelistrikan saraf ini bisa dilakukan dengan menggunakan alat (ENG) dan menghasilkan data kelistrikan yang disebut Elektro Neuro Gram. Sedangkan untuk pengukuran kelistrikan otak menghasilkan data berupa Elektro Ensefalogram (EEG).
Dalam konteks ini, manusia lantas mirip dengan robot, yang aktivitasnya juga didasarkan pada sinyal-sinyal listrik. Pusatnya ada di hardisk atau chip yang memuat program-program pengendali fungsi ‘kehidupan’ robot itu.
Mekanisme kelistrikan di dalam tubuh manusia berjalan secara otomatis mengikuti pola sistem digital di dalam sel. Dalam keadaan istirahat, sel memiliki angka tegangan listrik sekitar -90 mvolt.
Namun, begitu ada rangsangan, maka ion-ion natrium yang tadinya berada di luar sel tiba-tiba ‘menyerbu’ masuk ke dalam sel melewati membrannya. Sehingga, suatu saat muatan di dalam sel itu jauh lebih positif dibandingkan dengan di luar membran sel. Tegangan puncak yang terjadi, kalau diukur dengan Galvano meter bisa mencapai +40 mvolt.
Ketika sel mencapai nilai ambang tegangan tertentu, maka sel itu menghasilkan sinyal listrik sebagai jawaban atas rangsang yang terjadi. Waktu pencapaian nilai ambang tersebut sangat singkat, sekitar 1/1000 detik. Saat itulah sinyal dihasilkan oleh sel. Di dalam sinyal itu ada kode-kode informasi yang harus disampaikan kepada sel-sel di sebelahnya, secara berkelanjutan.
Begitu tegangan listrik sel mencapai tegangan puncaknya, +40 mvolt, maka tegangan itu akan menurun kembali menuju tegangan istirahatnya yaitu -90 mvolt. Begitulah seterusnya, sinyal-sinyal terjadi di dalam sel sebagai respon atas rangsangan yang terjadi, secara otomatis.
Mekanisme kelistrikan itu terjadi bukan hanya di dalam sel saraf, melainkan di seluruh bagian tubuh. Sinyal listrik adalah mekanisme utama dalam seluruh aktivitas tubuh manusia. Dan kini, seiring dengan perkembangan teknologi, besarnya kelistrikan itu bisa diukur dengan baik.
Sebagai contoh, kelistrikan otot bisa diukur dan menghasilkan data yang disebut Elektromiogram (EMG). Otot adalah jaringan penggerak yang diladeni oleh banyak sekali unit-unit motor dari saraf otak atau tulang belakang. Ada sekitar 25 – 2000 serat otot yang terhubung ke saraf-saraf.
Sinyal-sinyal kelistrikan itu merambat lewat jalur tersebut. Ketika sel-sel saraf istirahat, maka sel-sel otot juga istirahat. Ketika sel saraf menghasilkan sinyal listrik, maka sel-sel otot juga terangsang, menghasilkan tegangan listrik, dan kemudian memunculkan sinyal dengan mekanisme yang sama.
Kelistrikan pada retina mata juga bisa diukur. Metode yang dipakai adalah rangsang cahaya pada retina, yang kemudian menghasilkan sinyal listrik di saraf-saraf sekitar mata. Sebelum diukur, mata diberi cairan NaD fisiologis, kemudian di korneanya dipasang lensa kontak yang berisi elektroda Ag-AgCl.
Pada sekitar mata dipasang elektroda referensinya. Elektroda itu bisa dipasang di dahi, atau di dekat telinga. Maka, ketika retina disinari cahaya, akan muncul sinyal-sinyal yang bisa diukur oleh sistem peralatan tersebut. Dinamakan Elektroretinogram (ERG).
Teknik lain untuk pengukuran kelainan fungsi mata secara kelistrikan adalah yang disebut Elektrookulogram (EOG). Sedangkan pada fungsi lambung dan pencemaan, pengukurannya disebut Elektrogastrogram (EGG). Pada saraf disebut Elektroneurogram (ENG). Pada otak disebut Elektroensefalogram (EEG). Dan pada jantung disebut sebagai Elektrocardiogram (ECG). Pengukuran kelistrikan pada jantung adalah yang paling maju di antara pengukuran kelistrikan yang lain, karena relatif ‘lebih mudah’ dan ‘lebih tua’. Tapi kita tidak akan membahasnya di sini lebih jauh.
Pada dasarnya saya hanya ingin mengatakan bahwa tubuh manusia penuh dengan sinyal-sinyal listrik yang membentuk mekanisme sistem kehidupan. Sekali lagi, semua itu dikendalikan lewat program-program canggih yang terdapat di inti sel yang berjumlah miliaran itu. Dan organ komandonya adalah otak.
Lima tahun terakhir ini, perkembangan pengukuran dan pemanfaatan gelombang otak semakin maju. Terutama untuk membantu orang-orang yang mengalami kelumpuhan pada saraf tubuhnya dari leher ke bawah. Mereka sangat terbantu dengan adanya teknologi ‘brain computer interface’ (BCI). Sebuah teknologi yang mencoba menghubungkan otak dengan sebuah komputer.
Ke dalam otak seseorang dimasukkan sebuah chip berukuran 2×2 mm yang berisi 100 keping elektroda. Chip itu ditanam di lapisan luar kulit otak sedikit di atas posisi telinga untuk menangkap sinyal-sinyal yang keluar dari sel-sel otak.
Chip tersebut bisa menangkap sinyal-sinyal yang berasal dari sekitar 50 – 150 saraf otak. Lantas, diteruskan ke suatu alat pengubah data digital, dengan menggunakan kabel fiber optik. Sinyal-sinyal digital itu dihubungkan ke sebuah komputer. Hasilnya, seorang yang mengalami kelumpuhan saraf-saraf otot bisa memberikan perintah yang ada di benaknya lewat komputer tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh sebuah lembaga benama Cyberkinetics di Amerika Serikat menunjukkan bahwa si pasien yang lumpuh itu bisa melakukan banyak hal lewat bantuan alat tersebut. Di antaranya, dia bisa mengoperasikan komputer cukup dengan kehendaknya saja.
Dia juga bisa mematikan dan menghidupkan lampu, televisi, radio, dan memainkan video games, serta beberapa peralatan elektronik hanya dengan menggunakan pikirannya. Bahkan perkembangan berikutnya, ia bisa menggerakkan tangannya dengan bantuan alat tersebut.
Manusia telah berhasil membuktikan bahwa otak memancarkan sinyal-sinyal listrik yang memiliki makna sesuai dengan apa yang sedang dipikirkan. Karena itu, bisa diukur. Di dalamnya tersimpan energi tak terbatas yang bergantung kepada bisa tidaknya kita menerjemahkan sinyal pikiran itu lewat peralatan peralatan mutakhir..
Maka, orang bisa bermimpi dan berimajinasi apa saja dengan pikirannya. Kalau imajinasi itu bisa diterjermahkan tanpa batas juga, dengan menggunakan peralatan yang semakin canggih, maka energi yang tersimpan di dalam perintah itu pun bakal menjadi kenyataan.
0 komentar:
Posting Komentar